“Saya kira, dalam tataran ilmu pengetahuan ini sangat positif dan harus didukung” Prof. Dr. AS Hikam
Mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi era kepemimpinan KH Abdurrahman Wahid (Gusdur) Prof. Dr. AS Hikam menyatakan, wacana pemecatan KH. imaduddin utsman al bantanie dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama berlebihan. Hal tersebut dinyatakan AS Hikam saat podcast di Channel Padasuka TV, Sabtu, (20/4/2024).
Dikatakannya, yang dilakukan KH Imaduddin Utsman ini sebenarnya adalah terobosan luarbiasa dari generasi muda Nahdlatul Ulama yang mestinya didukung karena merupakan pengembangan ilmu pengetahuan.
“Adanya penelitiaan ini yang kemudian menciptakan Diskursus pro dan kontra, telah menciptakan ruang intelektualisme yang sangat baik dalam hal meneliti sesuatu yang selama ini cukup mapan di Nahdlatul Ulama yaitu mempertanyakan keabsahan nasab baa alawi. Saya kira, dalam tataran ilmu pengetahuan ini sangat positif dan harus didukung” Jelasnya.
Apalagi tambah Tokoh yang juga pengamat politik ini, ada partner Diskursus dari Kiai Imad yaitu Gus Rumail yang sama-sama serius meneliti. Hal ini menjadi semakin baik sehingga seharusnya semua fihak melihat ini sebagai satu hal yang sangat positif.
Sehingga ketika ada Statemen dari salah seorang Pengurus PBNU seperti Gus Fahrur Rozi yang meminta kiai Imad menyetop perdebatan soal nasab ini menurutnya sangat tidak bijak. Karena ini artinya melarang orang untuk berfikir.
“Kurang wise(bijak) apabila serta merta karena khawatir adanya gejolak langsung mau menyetop Diskursus. Ini kan sama dengan dulu pernah ada polemik terkait bumi mengelilingi matahari, bukan matahari yang mengelilingi bumi. Kan begitu, itu dampaknya bisa sama serius, karena ini (polemik nasab) sangat ekstensial” Ungkapnya.
Memang kata dia, pendekatan ya organisasi atau kelembagaan atau top down yang dilakukan oleh PBNU dalam hal ini diwakili oleh Gus Fahrur Rozi bisa saja efektif tetapi dipastikan akan menciptakan kondisi yang tidak efektif di tengah masyarakat NU sendiri.
“Ketika ini terjadi maka para stakeholder NU itu yang selama ini mempunyai relevansi antara kajian Kiai Imad dengan kehidupan mereka akan bertanya. Kok ada, kok bisa begini, ya jangan begitu lah, jangan melarang berbicara apalagi kemudian ada satu slip of tank bocoran dari rapat yang ada keinginan ini memecat”. Tandasnya.
Karena itu, menurutnya, PBNU seharusnya justru memfasilitasi perdebatan ini agar tidak melebar kemana-mana. Karena saat ini Diskursus ini telah mulai di akses juga oleh masyarakat NU di Akar Rumput.
Sebelumnya diketahui, Polemik tentang Nasab Baa Alawi ini telah menyita perhatian publik sejak setahun belakangan. Penelitiaan ini bermula dari kajian Kiai Imaduddin Utsman yang menyatakan terputus ya nasab para habaib kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Hal ini karena hasil penelitian Kiai Imad, Klan Baa Alawi(Habaib) ini tidak terferivikasi dalam kitab kitab nasab dan sejarah mulai abad 3 H ketika Tokoh Isa Al Muhajir Wafat hingga abad ke 9 ketika Nasab Baa Alawi ini mulai di konstruksi seorang tokoh baa Alawi bernama Abu Bakar Ali AS SAKRAN.
Sejumlah tokoh lain seperti Rumail Abbas mencoba melakukan kajian pembanding atas Kajian ini tetapi hingga hari ini, penelitian tersebut belum terbantahkan. []