Desak Datu : Tak Ada Yang Boleh Memaksakan Kehendak Merubah Nama Bandara
MATARAM, QOLAMA.COM | Dewan Sasak Muda Bersatu (Desak Datu) NTB meminta semua pihak bisa cooling down dalam menyikapi polemik perubahan nama Bandara Internasional Lombok (BIL) menjadi Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (BIZAM) yang berlokasi di Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat.
“Untuk menyelesaikan persoalan BIL ini, semua pihak, baik yang memaksakan nama bandara maupun yang mempertahankan nama bandara harus Cooling Down. Kedua, harus bermusyawarah untuk saling bertabayyun dan membicarakan dengan jernih persoalan ini”. Ujar Ketua Presidium Desak Datu NTB HL. Winengan , di Mataram pada Sabtu, (2/1/2020).
Winengan berpendapat, untuk saat ini tidak boleh ada pihak manapun yang memaksakan kehendak untuk melakukan perubahan nama bandara. Sebab, walaupun SK Kemenhub Nomor KP. 1421 telah turun, namun patut dicatat bahwa perubahan nama Bandara juga diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 39 Tahun 2019 yang mensyaratkan banyak hal, antara lain harus ada persetujuan berbagai pihak dan harus ada sosialisasi sebelum nama bandara yang baru disahkan.
“Di Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 39 Tahun 2019 jelas harus melalui persetujuan Kepala Daerah, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat dan lainnya. Juga disyaratkan harus ada sosialisasi, mana pernah ada sosialisasi?” Tandasnya.
BACA JUGA :
Lalu Putrie : Soal BIL, Hargai Kearifan Lokal Sasak
“Nyanyi” Setuju DPRD NTB, Bukti SK Kemenhub Cacat Prosedur
Menyoal Keabsahan Amil Baznas NTB
Yang perlu dicatat juga kata Winengan, dalam persoalan bandara ini tak seorangpun yang dilecehkan, sebab persoalannya bukan di nama pahlawan nasional melainkan prosedur dan proses perubahan nama bandara yang tidak sesuai aturan.
“Saya contohnya, sangat bangga dengan Maulana Syaikh yang menjadi Pahlawan Nasional. Bahkan saat pengusulan beliau menjadi Pahlawan Nasional, kami juga ikut mendukung. Bahkan tanpa tanda tangan saya, tidak mungkin pengusulan itu mendapat dukungan tanda tangan dari Kiai Said dan Kiai Ma’ruf Amin. Tetapi dalam persoalan perubahan nama bandara ini sangat beda, tidak pernah ada koordinasi dan mengajak semua pihak untuk bicara” Jelas pria yang akrab disapa Miq Win ini.
Untuk itu, Winengan mengajak semua pihak agar bermusyawarah dan saling tabayyun mumpung semua tokoh yang terlibat dalam pembangunan dan penamaan Bandara Internasional Lombok (BIL) masih hidup semua.
“Pak Serinata masih hidup, Lalu Azhar masih ada, mamiq Ngoh masih ada. Diselatan banyak tokoh-tokoh, ada Tuan Guru Ma’arif, ada Lalu Putrie, ada tokoh muda Lalu Tajir, jadi diajaklah semua duduk bicara.” Tandasnya.
Harus dicatat juga katanya, nama BIL adalah nama kesepakatan yang disetujui oleh semua pihak dan memiliki sejarah yang cukup Panjang. Winengan menceritakan, dulu sebelum nama BIL muncul, ada banyak pertemuan yang diselenggarakan para tokoh untuk membahas nama bandara ini.
“Ada pertemuan yang difasilitasi HL. Serinata sebagai Gubernur NTB saat itu. Kemudian ada pertemuan yang diinisiasi Pemda Lombok Tengah dibawah kepemimpinan HL. Wiratmaja (Ngoh) bahkan ada juga pertemuan yang difasilitasi Majelis Adat HL. Azhar. Semua membahas tentang nama” Ceritanya.
Dalam pertemuan-pertemuan tersebut, muncullah nama Selaparang namun karena alasan terlalu jauh dan sudah ada bandara dengan nama tersebut, maka digantilah dengan nama Pejanggik. Nama Pejanggik juga dianggap terlalu jauh maka diubah lagi namanya menjadi Bandara Siledendeng.
Setelah itu, muncul lagi usulan nama-nama tokoh, ada yang memunculkan nama Hatta Rajasa karena dianggap berjasa di bandara ini. Muncul juga nama HL. Serinata lalu Bandara, Datu Tuan II dan sejumlah nama lain tapi tertolak semua.
“Setelah semua nama-nama itu digodok, masing-masing masih saja ada yang tidak setuju sehingga disepakati Namanya Bandara Internasional Lombok (BIL), agar semua masyarakat Lombok merasa terwakili” Cerita Miq Win.
BACA JUGA :
Tetap BIL, Kemenhub Diminta Batalkan Perubahan Nama Bandara
Bandara dan Representasi Masyarakat Sasak
Demi Kemaslahatan, TGH. L. Turmudzi Minta Nama BIL Tidak Diubah
Karena itu, persoalan nama bandara ini hendaknya dilihat secara obyektif dan tidak boleh ada yang memaksakan kehendak.
“Mari kita Bersama-sama menjaga nama baik NTB ini. Tidak usah memaksakan kehendak dengan memasang plank bandara malam-malam seperti itu. Kita duduk bareng, silaturrahim dan tabayyun itu solusi terbaik” Pungkasnya. []