Pada sikap baqa ini titik tekannya adalah jujur kembali ke jalan yang benar, sifat-sifat terpuji tersebut biasanya tidak lepas dari meniru sifat-sifatnya Allah dalam asma al-husna.
Oleh : Hamdan Suhaimi*
Dalam tasawuf ada terma tentang fana dan baqa, ini kondisi dialami oleh pengamal tarekat sederhananya disebut sufi, dalam penjelasan al-Jurjani dalam kitabnya al-Ta’rifat, cara dan tujuan sufi adalah membaguskan akhlak dan membersihkan dari hijabnya yang menutupi mata hatinya.
تصفية القلب عن موافقة البرية ومفارقة الاخلاق الطبعية واخما د الصفة البشرية ومجانبة الدعوى النفسنية ومنازلة الصفة الروحانية والتعلق بعلوم الحقيقة واستعمال ما هو اولى من السرمدية والنصح لجميع الامة والوفاء لله تعالي في الحقيقة واتباع رسوله في الشريعة
Artinya : Membersihkan hati dengan mengikuti kebaikan dan memisahkan perilaku yang berdasarkan tabiat dan meninggalkan kebiasaan perangai manusia dan menjauhi ajakan-ajakan nafsu sehingga meninggalkan sifat-sfiat ketuhanan serta tetap dalam mendalami pengetahuan hakikat dn melakukan sesautu yang lebih kepada keabadian, nasihat untuk umat serta memasuki hakikat Allah dan tetap mengikuti syariat Rosulullah SAW.
Pengertian tasawuf di atas diyakini sebagai pengertian yang telah disepakati semua ulama, terkhusus ulama sufi, meski diantara sufi tentu ada yang mengartikan berbeda.
Namun tulisan ini mau menyuguhkan konsep fana dan baqa dalam perspektif tarekat syadziliyah, ini kita telaah atas kitab al-Risalat al-Qusyairiyyah dan kitab Ihya Ulumuddin. 2 kitab ini menjadi rujukan dalam penjelasan konsep di atas.
Fana dalam penjelasan Abu al-Qosim Abdul Karim al-Qusyairi dalam kitabnya al-Risalat al-Qusyairiyah yaitu.
: الفناء الي سقوط الاوصاف المذمومة
Artinya: memfanakan terhadap gugurnya sifat-sifat tercela.
Ini dimaksud bahwa menjadi sufi terlebih dahulu meninggalkan sifat-sifat tercela, antara lain iri dengki (al-Hasad ), dendam ( al-Haqd ), pelit ( al-Bakhil), kikir ( al-Syahu ), marah ( al-Ghadlab), sombong ( al-kibr ).
Kemudian setelah itu melanjutkan sikap baqa yakni :
البقاء الي قيام الاوصاف المحمودة
Artinya : melanggengkan terhadap tegaknya sifat-sifat terpuji.
Pada sikap baqa ini titik tekannya adalah jujur kembali ke jalan yang benar, sifat-sifat terpuji tersebut biasanya tidak lepas dari meniru sifat-sifatnya Allah dalam asma al-husna.
Adapun arti fana menurut kalangan sufi adalah hilangnya kesadaran pribadi dengan dirinya sendiri atau dengan sesuatu yang lazim digunakan pada diri. Menurut pendapat lain, fana berarti bergantinya sifat-sifat kemanusiaan dengan sifat-sifat ketuhanan. dan dapat pula berarti hilangnya sifat-sifat yang tercela.
Dalam pada itu bahwa yang dimaksud fana adalah lenyapnya inderawi atau kebasyariahan, yakni bersifat sebagai manusia biasa yang suka pada syahwat dan hawa nafsu. Orang yang telah diliputi hakikat ketuhanan, sehingga tidak lagi melihat daripada alam baru, alam rupa dan alam wujud ini, maka dikatakan telah fana dari alam cipta atau dari alam makhluk . Selain itu fana juga dapat berarti hilangnya sifat-sifat buruk (maksiat) lahir batin. Sebagai akibat dari fana adalah baqa.
Jadi tujuan sufi itu sesungguhnya adalah menjadikan dirinya baqa dalam sisi Tuhannya dengan istiqomah jiwa raganya mengikuti sifat-sifat ketuhanan dan sudah bisa meninggalkan sifat-sifat manusia, dan sifat-sifat hewani meski tetap dalam kondisi yang manusiawi. Dengan baqa itulah eksistensi sufi bisa mencapai derajat muqorrabin ( hamba yang dekat dengan Tuhannya).
Malandang, 15 Oktober 2023
Penulis:
Pengurus Idaroh Wustho Jatman Banten