AgamaHeadlinePendidikan

Guru To’i ; Mencintai Gusdur Dengan Meneladani Sifat dan Ajarannya.

MATARAM – QOLAMA.COM | Generasi muda Nahdlatul Ulama dan muda di seluruh Indonesia diminta agar dalam mencintai KH. Abdurrahman Wahid atau Gusdur tidak cukup diwujudkan dalam bentuk simbol atau kebanggan semata, tapi meneladani sifat dan ajarannya adalah cara terbaik mencintai Gusdur.

Pandangan tersebut disampaikan Anggota DPRD NTB, Akhdiansyah ketika berbicara di acara haul Gusdur di aulan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) NTB, Kamis 26 Desember 2019 petang.

“Dimanapun kita berada, dan sebagai apapun kita, baik sebagai aktivis, politisi, akademisi ataupun santri, mencintai Gusdur jangan hanya dijadikan simbol, tapi lebih dari itu, bagaimana nilai ajarannya bisa ditransformasikan dalam kehidupan” kata mantan Direktur Lembaga Studi Kemanusiaan (LenSA) NTB tersebut

Dalam bidang politik, Gusdur mampu mentransformasikan nilai-nilai ajaran Islam melalui Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan mengusung konsep politik Islam yang rahmatallil alamain, mengutamakan kemaslahatan umat.

Gusdur lahir tidak saja sebagai tokoh pembaharuan islam, juga sebagai pemimpin bisa mengayomi dan diterima semua kalangan, dari lintas agama hingga negara, melalui gagasan pembaharuan dijalankan.

“Siapapun yang bisa meniru sifat Gusdur patut menjadi gusdur kecil, cara berfikir, memotivasi adalah gaya politik Gusdur” katanya.

Lebih lanjut pria yang akrab disapa Guru To’i tersebut mengungkapkan, Gusdur ibarat teks yang selalu kontekstual dengan kemajuan dan perubahan zaman, Gsdur adalah orang yang terlalu cepat lahir pada zamannya. Gusdur bisa membaca, mendengar dan menulis. Sehingga ucapan dan pandangan seringkali kontroversial.

Keputusan terjun ke dunia politik sekarang melalui PKB yang berangkat dari aktivis masyarakat juga tidak terlepas dan terilhami dari semangat politik Gusdur. Maka siapapun pernah hidup di zaman gusdur berbanggalah bisa mendapatkan karomah atas ketaatan kepada gusdur.

“Sebagai politisi yang sekarang ini duduk di parlemen, saya tentu sangat siap mengawal mengawalkan ideologi Politik rahmatallilalamin yang ditanamkan Gusdur melalui PKB” tuturnya.

Sementara itu, Sekretaris PWNU NTB, Lalu. Akshar Ansori mengatakan, banyak kalangan menilai Gusdur lebih dahsyat dari Muhammad Abduh, karena mampu membawa NU dari gerakan kultural tradisional dan dipandang terbelakang menjadi gerakan garis tengah, bahkan sekarang menjadi Ormas Islam yang banyak dijadikan rujukan negara Islam di dunia.

Akshar mengenang, bagaimana ketika masa Perintahkan Presiden Soeharto kalangan intelektual sampai parpol tidak ada yang berani mengaku NU, karena tidak akan mendapatkan tempat apapun di.pemerintahan. Di NTB sendiri TGH. Taqiudin termasuk salah satu korban, karena membela Gusdur, meski lama di PPP, tidak pernah dapat tempat.

“Meski hanya selesai sekolah di universitas Sadam Husain Bagdat, Gusdur mampu mengkonsolidasikan NU menjadi salah satu kekuatan gerakan pembaharuan Islam di Indonesia, bahkan dunia. Bahkan gerakan dari pinggir yang dianggap kolot bergeser ke tengah sampai menjadi salah satu kekuatan yang disegani di dunia” katanya.

Oleh Orde Baru, Gusdur juga paling ditakuti dan pernah memprediksi kejatuhannya Soeharto. Dulu orang takut ngaku NU, sekarang justru banyak orang mengaku dan mau masuk NU, dimana NU terus tumbuh bak jamur terutama dari kalangan intelektual dan akademisi.

Gusdur juga termasuk satu – satunya Presiden yang melakukan desakralisasi presiden, orang boleh bicara apa saja, bahkan menghina Gusdur, Gusdur juga mahir menyelesaikan berbagai konflik di Indonesia termasuk Papua bahkan di dunia, termasuk Timur Tengah, karena bisa bahasa dunia, bahkan bahasa lokal.

Selengkapnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cek juga
Close
Back to top button