Islam Nusantara adalah bentuk ekspresi keberagaman yang memang tidak ada perintahnya secara langsung di Al Qur’an dan Hadist. Itu adalah kreatifitas manusia dalam mengejawantahkan nilai-nilai Al Qur’an-Hadis.
Yang belum paham dan mengerti tentang istilah Islam Nusantara itu saya sarankan lihatlah ekspresi ke – Islaman jamaah NU dan NW di Lombok. Tidak perlu susah-susah atau pusing nyari definisi dan pengertian macam-macam. Nanti anda semakin tidak paham yang menyebabkan anda salah paham.
Lihatnya bentuk dan cara ibadah mahdlah dan ghairu mahdah jamaah kedua Ormas Islam itu. Diluar kewajiban – kewajiban syari’at yang telah diwajibkan dalam Al Qur’an-Hadis, jamaah NU dan NW melakukan zikir jahar (suara besar) setelah sholat 5 waktu, membaca talqin dan tahlilan bagi orang meninggal, selakaran (baca berzanji), baca hizib setiap malam jum’at dan bagi jamaah yang melaksanakan ibadah haji. Halal Bi Halal setelah idul fitri, lebaran topat, istiqosah, maulid Nabi Muhammad SAW dan lain-lain.
Semua itu dianggap bentuk ekspresi ke-Islaman yang memang tidak diperintah secara langsung sebagaimana kewajiban syari’at diatas. Namun alasan dan argumentasinya digali dari nilai-nilai Al Qur’an-Hadis dan pandangan ulama shalafus shaleh. Apakah itu termasuk bid’ah? Tentu saja tidak karena tidak bertentangan dengan kawajiban syari’at tadi.
Maka istilah Islam Nusantara itu bisa dimaknai, diartikan atau didefisinikan sebagai ciri, bentuk atau tipologi Ke – Islaman yang berkembang di Nusantara yang demikian itu tidak ada, tidak ditemukan atau tidak dilakukan oleh orang Islam dinegeri Arab. Jadi ia bukan ajaran atau paham baru.
Apakah bertentangan atau berlawanan dengan Islam dari Arab? Tentu saja tidak karena pondok-pondok pesantren yang didirikan oleh NU dan NW menjadika Al Qur’an-Hadis yang turun di Makah sebagai sumber pelajaran (kajian) utama bagi santri-santriwati dan jamaahnya. Kitab – kitab kuning yang menjadi rujukan ngaji juga sebagian besar juga ditulis oleh ulama-ulama dari Arab. Haji, umroh dan ngajinya juga ke Makkah. Lalu apa alasan disebut berlawanan atau bertentangan dengan ajaran Islam yang datang dari Arab.
Dan istilah Islam Nusantara ini sebenarnya pertama kali dipakai oleh para peneliti dan akademisi sejarah perkembangan (masuknya) Islam di Nusantara. Kalau tidak pernah mengenyam bangku akademik, khususnya diperguruan tinggi agama akan sulit memahami istilah-istilah seperti ini