Berugak DesaHeadlineHukum dan KriminalKabar DesaLombok Tengah

Jembatan Ambruk Banyu Urip, Diduga Karena TPK-Nya Kerja Asal-Asalan.

LOMBOK TENGAH, QOLAMA.COM | Tokoh masyarakat yang juga salah satun pekerja senior konstruksi bangunan Desa Banyu Urip, Mamiq Ini yang awalnya ditunjuk mengerjakan pembangunan jembatan Dusun Pantek, Desa Banyu Urip, Kabupaten Lombok Tengah, mengaku sudah menduga bangunan jembatan akan cepat mengalami kerusakan, karena pengerjaan asal – asalan.

“Kalau melihat proses pengerjaannya, setelah mendengar keluhan dari masyarakat, saya sudah memprediksi, bangunan jembatan akan cepat mengalami kerusakan” kata Mamiq Ini yang juga tokoh sesepuh yang pernah menjadi menjadi subak pengairan bendungan Batu Bokah tersebut, ditemui Qolama.com di kediamannya, Kamis 7 Januari 2021.

Ia bercerita bagaimana awalnya ditunjuk mengerjakan bangunan jembatan oleh Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), Desa Banyu Urip, melalui Kepala Dusun Pantek, sampai sudah memegang gambar jembatan yang akan dibangun, dengan menawar harga 15 juta sebagai upah, sampai bangunan jembatan jadi.

Tapi pas hari hendak melakukan pengukuran profil, oleh pihak TPK Zakaria, melalui Kadus Dusun Pantek, secara mendadak membatalkan menunjuk dirinya menjadi pekerja membangun jembatan.

“Terkejut bercampur kecewa juga, secara tiba – tiba, tanpa konfirmasi, TPK Zakaria melakukan pembatalan, apalagi sudah mengajak beberapa tukang untuk mengerjakan, tapi ya sudahlah” kata Mamiq Ini.

Ia menduga, pembatalan penunjukan dirinya secara sepihak mengerjakan pembangunan jembatan Dusun pantek, karena harga penawaran dianggap mahal, tapi sudah harga standar, kalaupun ditawar, bisa juga, tapi itu tidak dilakukan Zakaria selaku TPK.

Padahal kalau pembangunan jembatan dikerjakan dari masyarakat Dusun Prapak atau Pantek, kualitas jembatan akan betul – betul jadi prioritas, karena logikanya, bagaimanapun jembatan tersebut untuk kepentingan masyarakat banyak juga.

“Tapi kalau tukang dari masyarakat dusun lain yang mengerjakan, tidak ada rasa memiliki, terbukti pengerjaan dilakukan asal – asalan dan baru dua bulan saja sudah mengalami kerusakan” sesalnya.

BACA BERUGAK DESA LAINNYA : 

Warga Menduga, Jembatan Cepat Rusak Karena Penggunaan Anggaran Tidak Sesuai Ketentuan.

Baru Dua Bulan Dibangun, Jembatan Penghubung di Desa Banyu Urip Ambruk.

Lima Bacakades Siap Ikuti Tahapan Pilkades PAW Desa Durian Kecamatan Janapria

Lebih lanjut ia menambahkan, idealnya pembangunan jembatan dengan ukuran 4 x 6 baru bisa bagus dengan anggaran 100 juta, dengan campuran sirtu 6 arko pasir dan satu set semen. Tapi anggaran jembatan penghubung dusun Pantek justru hanya 86 juta, tidak heran pengerjaan dilakukan asal – asalan.

Mamiq Ini membandingkan pembangunan jembatan Dusun Batu Mangkung yang ukurannya hampir sama dengan jembatan Dusun Pantek, tapi anggarannya sangat jumbo, mencapai 300 juta lebih, kan sangat diskriminatif.

Terpisah, Kadus Pantek, Asmuni mengaku tidak banyak dilibatkan dalam kegiatan pembangunan, termasuk pembangunan jembatan dan jalan pertanian yang menelan anggaran hingga 200 juta. Kalau dilihat dari letak geografis, sebagian besar termasuk dalam wilayah Dusun Pantek dan Prapak
15 juta awalnya Eman dikasih gambar.

“Tidak pernah dilibatkan saya, dari dulu, semua program pembangunan, baik fisik maupun non fisik tidak banyak dilibatkan pihak desa, semua yang borong Zakaria dan Abu yang ditunjuk Kades jadi TPK” tutur pria yang akrab disapa abut tersebut.

Padahal kalau mengacu Peraturan Menteri Desa (Permendes), pengelolaan DD dilakuan secara swaklola, artinya ketika ada program pembangunan yang dilaksanakan di satu dusun, mestinya harus melibatkan masyarakat setempat, termasuk Kadus, bukan masyarakat luar.[]

Adsvertise
Selengkapnya

Tinggalkan Balasan

Cek juga
Close
Back to top button