MATARAM – QOLAMA.COM | Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Baiq Mulianah mengatakan, salah satu tradisi ilmiah yang mulai banyak ditinggalkan mahasiswa anak-anak muda Nahdlatul Ulama (NU) tradisi menulis.
Hal tersebut dikatakan Baiq Mulianah, S.Ag, M.Pd saat membuka obrolan Kopdar GMNU NTB di warung kopi belakang kampus UNU Jalan Pendidikan No. 6 Mataram.
Dikatakannya, budaya tulis-menulis ini adalah warisan para ulama yang mesti dipelihara dan dilestarikan secara turun temurun,
“Karena menulis itu salah satu cara mengikat ilmu” Tegasnya.
Ia menambahkan, para ulama, Tuan Guru dan kiyai jaman dulu sangat produktif menuliskan disiplin ilmu yang mereka kuasai. Itu sebabnya, hari ini santri bisa membaca banyak kitab baik yang bicara syariah, muamalah, akidah, tasawuf dan Fiqh.
“Bisa dibayangkan, seandainya para ulama kita terdahulu tidak menuliskan ilmunya, tentu kita tidak bisa membaca dan mempelajari ilmu yang dimiliki” katanya.
Karena itu ia mengajak kepada mahasiswa dan generasi muda NU mulai membudayakan kembali kegiatan tulis-menulis ini.
UNU NTB Ingin Cetak Generasi Penerus Para Ulama
Perempuan yang banyak melakukan terobosan di UNU NTB ini menambahkan, lembaga-lembaga pendidikan khususnya Kampus dan Pesantren harus mampu mencetak generasi yang akan meneruskan tradisi para ulama, termasuk tradisi menulis ini, termasuk UNU NTB yang digawanginya
Baiq Mulianah mengatakan, sejak awal berdiri, UNU NTB sudah menancapkan misinya meneruskan dan melestarikan tradisi para ulama terutama intelektualisme dan akhlaq.
Peradaban Islam yang diwariskan para ulama adalah peradaban yang mampu mengintegrasikan ilmu dan agama sehingga menjadi sistem kebudayaan yang membentuk nilai dan prilaku Islam. Dan istimewanya, semua yang dilakukan para ulama tersebut didokumentasikan dalam kitab dan buku.
“Saya berharap mahasiswa UNU NTB bisa menjadi contoh kepada generasi muda NU yang lain untuk memulai tradisi intelektualisme ini. Tradisi menulis, apalagi sekarang kita sudah semakin dimudahkan dengan tekhnologi ” Tandasnya.
Namun demikian, ajakan menulis saja tidak cukup. Perlu ikhtiar semua fihak di NU untuk mendukung kegiatan ini. Perpustakaan-perpustakaan di kampus dan pesantren harus di kembangkan, kegiatan diskusi harus sudah digalakkan.
“Menulis tanpa membaca itu tak mungkin bisa, maka membacalah yang banyak supaya bisa menulis produktif, itu pesan saya”. Pungkasnya.