HeadlineKolom Pak Mansur

MERDEKA , Siapa Yang Untung?

“Gugurnya para putra bangsa dalam perang melawan penjajah sebenarnya menguntungkan bangsa Indonesia sendiri karena orang indonesia menjadi lebih sedikit…!”

PAK MANSUR

Itulah kalimat yang membuat saya mendapat nilai merah untuk pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) saat saya kelas dua Sekolah Menengah Pertama (SMP) 40-an tahun silam.  Nilai merah ini menjadi satu-satunya nilai merah yang pernah saya peroleh sepanjang pendidikan saya.

“Kadang saya berpikir seandainya dulu tidak ada pahlawan yang berjuang memerdekakan bangsa Indonesia, mungkin negeri kita tidak separah saat ini, mungkin saja kita menjadi wilayah belanda, dan karena jumlah kita lebih banyak maka kita akan menang dalam pemilihan parlemen… atau mungkin saja ratu belanda kita ganti dengan Sultan Jogja”…

Inilah kalimat yang sering membuat saya bersitegang dengan kawan-kawan guru sejarah… dan bahkan banyak kawan yang-katanya-Nasionalisme bilang”ente memang gak menghargai pahlawan kita” ..

Pertama: waktu SMP dulu kalimatnya sebenarnya panjang tetapi keburu dipotong oleh guru PSPB dengan kata-kata ” kamu tidak berprikemanusiaan”… sebenarnya kan inti kalimat “secara Fisik” itulah yang tidak dimengerti… tentu saja secara sosial dan lain sebagainya tidak demikian.

Kedua : Saat kuliah Pancasila dan ada diskusi kelompok kejadian seperti itu saya lontarkan kembali..dengan tidak mengulang kalimat saya.. tapi saya ceritakan ulang, ternyata dosen dan kawan-kawan kuliahpun demikian, tidak memberikan ruang saya untuk menjelaskan Singkat cerita saya buatlah dalam bentuk makalah singkat.. tetapi itupun hanya mengantarkan saya mendapat nilai C, syukurlah bukan D, E, atau K.

Ketiga:Menghargai pahlawan bangsa ini bagi saya amat konyol dinilai dari sebuah retorika bahasa, pidato ataupun makalah semata–karena memang orang Indonesia jagonya membuat itu– Bagi saya boleh saja nyeleneh ngomongnya tapi tindakannya benar. Tanpa harus membuktikan betapa banyak tukang pidato yang sebenarnya menginjak-injak jasa para pahlawan kita, dan tidak akan membenarkan tindakan saya, semua terpulang kepada hati dan perbuatan kita masing-masing.

Keempat:Negara ini merana, Negeri ini Menangis… Saking keras tangisannya hingga kita tak mampu mendengarnya.. saking lamanya menangis hingga tak keluar lagi air mata… Jangankan pahlawan yang telah banyak berbuat, pasti akan menyesal memerdekakan negeri ini.. bahkan anak cucu kitapun nanti mungkin menyesal dilahirkan di negeri ini. Lingkaran setan pembangun yang korup dan pengadil yang licik tak henti-hentinya menyapu setiap tunas harapan.

Kuncinya adalah mari kita berbuat untuk diri kita masing–mudahan hasilnya bisa untuk keluarga–seterusnya untuk tetangga–semoga akhirnya untuk negeri–sesuai kemampuan dan porsi kita. Jangan saling menyalahkan apalagi saling memakan, jangan saling menunggu apaligi saling menjegal. Buatlah para Pahlawan tenang di alamnya dan siapkan anak cucu kita supaya tidak menyesal menyebut leluhurnya.

Terakhir:Tidak ada maksud apa2, sekedar tulisan tanpa editing bahkan tidak sempat dibaca ulang. terimakasih dan maaf.[]

Kolom ini Diasuh oleh : Pak Mansur Sipinathe, seorang pegiat literasi dan pendidik di SMAN 1 Gunungsari Lombok Barat.

Selengkapnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cek juga
Close
Back to top button