Belakangan diketahui ternyata Guru Dolle bukanlah seorang yang Idealis. Dia hanya menjaga imej alias Ja’im dan Gengsi. Akibat dari itu komentar-komentarnya yang bernada kritik sudah tak lagi ditanggapi. Sebab apa? Jika belum kebagian Ia selalu curiga dan penuh duga. Dimatanya, orang lain selalu salah dan hanya Ia yang paling benar. Orang lain bodoh hanya dia yang pintar. Yang Penting Bicara bukan Bicara Yang Penting.
Rupanya sikap ini terbawa juga pada benda-benda miliknya termasuk mobil kesayangannya. Mobil itupun diperoleh dari keritikannya yang tak bermutu itu. Hingga suatu hari mobil tersebut mogok dan Ia tak punya keahlian untuk memperbaikinya.
“Mestinya mobil ini dilengkapi dengan sarana informasi yang memadai. Ini dimaksudkan agar setiap pemilik mengetahui kerusakan yang dialami mobil.” Katanya member komentar
“Sudahlah, jangan banyak omong. Telpon saja montir.” Kata Mardut menganjurkan.
Kemudian Dolle menelpon Abu Bongoh yang bekerja di bengkel mobil terkemuka Desa Nyelekit.
“Coba periksa kendaraanku Ngoh. Apa penyebab kerusakan hingga mesin mobil ini tak lagi berfungsi.” Kata Dolle dengan rangkaian bahasa sok intelek.
Kemudian Abu Bongoh mengencangkan salah satu baut pada pengapian yang longgar, sesaat kemudian mobil Guru Dolle kembali normal.
“Berapa ongkosnya?” tanya Dolle
“Limaratus ribu.” Kata Bongoh santai.
“Ha kok mahal amat? Kan ente hanya mengencangkan sebuah baut saja, kok semahal itu?” kata Dolle heran.
“Kalau hanya mengencangkan baut sih ongkosnya hanya 5 ribu saja. Tapai baut mana yang harus kukencangkan itu membutuhkan ilmu, dan ilmu itu harganya 495 ribu. Jika tak mau bayar saya akan mengendorkan semua baut yang ada di mesin ini.” Kata Bongoh dan dengan berat hati Guru Dolle memenuhi permintaan Bongoh.
Kolom ini diasuh Oleh Fairuz Zabadi | Kolomnis dan pegiat medsos yang biasa disapa Abu Macel.