Musim Hujan, Petani Lombok Mulai Tanam Padi Dengan Sistim Gora.
LOMBOK – QOLAMA.COM | Memasuki musim hujan bulan Desember 2019, sebagian petani Pulau Lombok, terutama petani lahan tadah hujan (kering) bagian selatan mulai menanami lahan sawahnya padi, dengan menggunakan sisitim gogorancah (Gora).
Pola tanam Gora dilakukan, karena khawatir curah hujan rendah yang bisa berdampak terhadap keterlambatan menanam padi, kalau menanam dengan menggunakan pola tanam jajar legowo yang harus menunggu air sawah besar.
“Kalau petani kawasan selatan dari dulu pola tanam padi digunakan adalah Gora, karena kalau menanam dengan pola tanam jajar legowo sampai menunggu sawah terhenang air, lama, bisa – bisa petani telat, bahkan tidak bisa menanam, kata Zaki, petani Gora Lombok Tengah, Selasa (17/12/2019).
Sementara curah hujan daerah bagian selatan sangat rendah, dengan waktu sangat sedikit, berbeda dengan daerah bagian utara, selain curah hujan besar, waktu turun hujan juga lebih lama.
Sebagai solusi atas kondisi tersebut, mau tidak mau, pola tanam Gora harus dilakukan untuk menanam padi, meski memang ada juga sebagian masyarakat menanam dengan pola jajar legowo.
“Menanam dengan pola Gora itu gampang – gampang sulit, gampang, karena tidak harus menggarap lahan sawah dengan traktor, semprotkan obat pestisida mematikan rumput liar, langsun bisa nanam, sulitnya, banyak rumput tumbuh yang bisa menghambat pertumbuhan padi” katanya.
Mariati, petani Gora lain mengaku, akibat terjadinya perbedean curah hujan, masa tanam maupun panen padi antara petani Lombok bagian utara dan selatan sering terjadi perbedean.
“Seringkali terjadi, petani bagian utara sudah menanam dan padinya mulai tumbuh besar, sementara petani lahan tadah hujan bagian selatan biasanya baru mulai menanam, sehingga masa panen jiga berbeda” katanya.
Meski demikian Mariati bersama petani lain merasa bersyukur, karena bisa tetap menanam padi, meski dengan Pola Gora, yang penting bisa menanam padi untuk kebutuhan pangan keluarga maupun dijual.