EkbisHeadlinePariwisataPertanian

Pertanian Loteng Harus Prioritas, Aksar Anshori Tawarkan Integrated Farming

PRAYA, QOLAMA.COM | Tidak kurang dari 80 Persen masyarakat di Kabupaten Lombok Tengah berprofesi sebagai petani. Untuk itu, orientasi pembangunan Lombok Tengah kedepan harus menjadikan pertanian sebagai prioritas selain Pariwisata dan Transportasi.

Hal tersebut dikatakan H. L. Aksar Ansori Faishal Mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) NTB Rabu (2/10) saat bersilaturrahim Desa Bonder, Praya Barat Daya Lombok Tengah.

Dikatakan Aksar, saat ini Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah terlalu fokus pada bagaimana petani berproduksi tetapi tidak banyak memikirkan bagaimana paska produksi. Karena itu kedepan, pemerintah harus merubah orientasinya dengan melakukan terobosan integrated farming, yakni mengintegrasikan sektor pertanian dengan sektor-sektor lain seperti Pariwisata dan tekhnologi.

“Petani kita hari ini diajak sibuk berproduksi tanpa memberdayakan sumber daya manusianya. Pemerintah terlena dengan keadaan alami petani yang setiap hari menggarap sawah dengan penghasilan yang stagnan setiap tahun sementara peningkatan SDM-nya dilupakan” Kritik Aksar

Para petani lanjutnya, harus ditumbuhkan jiwa entrepreneurshipnya melalui pemberdayaan SDM petani yang terintegrasi ke sektor lain yang utama di Lombok Tengah seperti pariwisata.

Apalagi Pariwisata di Lombok Tengah saat ini mulai menggeliat berkat Bandara Internasional Lombok dan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalike. Seharusnya menurut Aksar hal tersebut bisa di sinergikan bukan saling menegasikan.

“Bagaimana caranya agar para petani kita yang banyak itu bisa bersinergi dengan dunia pariwisata, katakanlah misalnya secara sederhana, petani diajak mengembangkan pertanian organik untuk menyuplai pariwisata dikawasan selatan, itu sangat mungkin” Ungkap politisi yang belakangan ini mulai sering disebut-sebut akan mencalonkan diri di Pilkada Lombok Tengah 2020 mendatang.

Tidak hanya integrasi pertanian dengan pariwisata, kegiatan pertanian juga harus memanfaatkan potensi lokal terutama komunitas-komunitas yang mengakar di masyarakat salah satunya komunitas pesantren.

“Pesantren juga menjadi potensi yang tak boleh ditinggalkan, teorinya ya integrasi tadi itu. Kita kembangkan pertanian berbasis pesantren kan bagus, nanti produksinya masyarakat, hasil pertaniannya diolah oleh santri, kemudian dipasarkan dengan cara-cara moderen” Tambah pria yang juga menjabat Sekretaris Wilayah PWNU Nusa Tenggara Barat ini.

Sehingga kedepan katanya, para petani tidak hanya memproduksi tapi juga mampu melakukan distribusi sendiri, menjadi pelaku usaha di tingkatan yang lebih besar seperti ekspor-impor.

“Kalo produksinya telah mencukupi, selanjutnya petani harus kita arahkan menjadi pelaku usaha makro yang produktif, mereka bisa mengikuti lelang bahkan ekspor impor sendiri ke luar negeri” Tandasnya.

Untuk menuju itu tentu tidak mudah, langkah yang pertama-tama penting dilakukan adalah penguatan sumber daya petani, baik sistem pertanian, tekhnologi pertanian, hingga memanfaatkan platform tekhnologi yang bermanfaat langsung untuk mereka.

“Pemerintah harus menyediakan ruang temu wirausaha pertanian dengan berbagai stakeholder agar sumber daya para petani kita bisa mengikuti trend terkini terutama dibidang tekhnologi. Sehingga mereka bisa mengikuti perkembangan-perkembangan tekhnologi ditempat lain sebagai inspirasi dan motivasi” Pungkasnya.[]

Selengkapnya
Cek juga
Close
Back to top button