
Satu point penting yang saya catat adalah, disaat Bangsa-bangsa lain di dunia mengalami konflik ekonomi dan politik, Bangsa Indonesia ingin menghadirkan diri dalam kebermanfaatan yang lebih besar dan menghindari setiap kemudharatan yang bisa timbul kapan saja.
Fathurrahman, Jr
(Relawan Nahdlatul Ulama NTB)
Kiyai Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama, mengatakan nasionalisme dan agama adalah dua kutub yang memiliki keterkaitan. Dua hal yang saling melengkapi bukan, tidak ada samasekali bertentangan.
Maka, 17 Agustus 1945 Indonesia, pas 17 Ramadhan, Soekarno- Hatta dengan mantap mendeklarasikan bangsa ini merdeka, Itu pun saran dari Kiai Hasyim.
Paska 1945, Bangsa Indonesia mulai mencatatkan dirinya dalam sejarah peradaban dunia. Berbagai event dan organisasi internasional terbentuk, bahkan satu momen Penting, para founding Father kita menjadi Garda depan Konferensi Asia Afrika di Bandung yang pertama kali mengakui Afrika dan Palestina sebagai negara yang berdaulat dan berdeka.
Spirit Pancasila sesungguhnya menjadi kesepakatan kebangsaan yang frekuensinya tidak hanya regional bangsa Indonesia, melainkan menjadi titik baru harapan untuk perdamaian Bangsa- bangsa di dunia untuk lepas dari penjajahan Bangsa- bangsa lainnya.
Peran Indonesia di dunia internasional ini terus dimainkan. Terutama paska pemilu 2019 lalu yang berhasil menghantarkan Joko Widodo dan KH. Ma’ruf Amin menjadi Presiden dan Wakil Presiden, kita semakin bangga menjadi Indonesia.
Mendengar sambutan KH. Ma’ruf Amin kemari di Ponpes Qomarul Huda Bagu Kamis 20 Februari 2020 kemarin, kita menjadi semakin optimis Indonesia akan segera kembali menjadi pemimpin dunia seperti ketika Soekarno menjadi Presiden.
Satu point penting yang saya catat adalah, disaat Bangsa-bangsa lain di dunia mengalami konflik ekonomi dan politik, Bangsa Indonesia ingin menghadirkan diri dalam kebermanfaatan yang lebih besar dan menghindari setiap kemudharatan yang bisa timbul kapan saja.
Jelas hal ini dapat kita si pulkam dari narasi besar Kiai MA’RUF yang mengatakan, “Indonesia membutuhkan generasi muda yang banyak memberikan kebaikan dan kebermanfaatan serta dapat menjadi rijalul ishlah (tokoh perubahan).”
Kita Generasi muda pemegang tanggung jawab ini, bersama pemerintah mari kita berikhtiar menjadi generasi yang produktif, sehat, dan memahami agama dengan benar. Kita, kata Kiai MA, harus menjadi generasi yang cepat, tepat, dan bermanfaat.
Wallahu a’lam bishshawab ……