Warga Tanak Awu : BIL Harga Mati, Pemprov Jangan Bikin Gaduh Lagi
PRAYA, QOLAMA | Rencana penambahan Branding Bandara Internasional Lombok menjadi Zainuddin Abdul Madjid Lombok Internasional Airport (ZAMLIA) yang akan dilakukan Dinas Pariwisata Propinsi NTB ditolak mentah-mentah masyarakat Tanak Awu, Kecamatan Pujut Lombok Tengah. Penolakan tersebut tegas diputuskan dalam Jajak Pendapat masyarakat tanak awu yang dilaksanakan di Aula Kantor Desa Tanak Awu Jumat malam, (13/11/2020).
“Hasil jajak pendapat, Masyarakat Tanak Awu seratus persen menolak perubahan Nama BIL ini. BIL harga mati.” Ungkap Lalu Arik Rahman Hakim, SH salah seorang tokoh masyarakat Tanak Awu.
Dalam jajak pendapat yang dihadiri tokoh masyarakat, tokoh pemuda, aparat desa serta ratusan masyarakat tanak awu ini, mereka menyepakati untuk menolak rencana penambahan Branding bandara aksi damai yang akan dilakukan mulai Sabtu, (14/11/2020) hingga Ahad, (15/11/2020).
“Kita akan aksi damai melakukan penolakan nama BIL ke BIZAM ini mulai besok sore (Sabtu, 14/11/2020) sampai dengan hari Minggu,” Ungkapnya.
Lalu Arik menilai, rencana branding nama BIL ke BIZAM oleh Dinas Pariwisata Prov NTB ini jelas sedang memancing di air keruh dengan membuat kegaduhan ditengah masyarakat khsusunya di kabupaten Lombok Tengah.
”Isu Bandara ini selalu dimainkan menjelang Pilkada atau Pilgub yang patut diduga sengaja membuat kegaduhan ditengah masyarakat. Mohon pemprov jangan lagi bikin gaduh, kami di Lombok Tengah membutuhkan kondisifitas menjelang hari pencoblosan Desember mendatang” Ujarnya.
Senada dengan itu, dikutip dari Hotnewsntb.com, Kepala Desa Tanak Awu Lalu Wisnu Wardhana mengatakan, munculnya kembali isu terkait nama bandara ini ditengah situasi Pilkada menunjukkan Pemerintah Provinsi NTB tidak memahami kondisi Kabupaten Lombok Tengah saat ini yang butuh menjalankan Pilkada dengan Aman dan damai.
“Kabupaten Lombok Tengah saat ini sedang menghadapi beberapa agenda penting yang membutuhkan kondusifitas seperti Pemilihan Bupati Wakil Bupati,” Ungkapnya.
Karena itu Lalu Wisnu meminta kepada Gubernur Provinsi NTB melihat persoalan ini secara objektif dan bijak dalam memutuskan sesuatu. Sebab dikhawatirkan, persoalan ini akan kembali memicu konflik yang akan bisa saja dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab.
“Itu harapan kita, sehingga terkait nama Bandara berharap agar tidak menjadi polemik dalam waktu ini,”harapnya.
Sementara itu, Lalu Saifudin salah seorang tokoh tanak Awu lainnya mengatakan, rencana perubahan nama bandara maupun rencana penambahan branding bandara yang akan dilakukan Pemprov NTB sama sekali tidak berkoordinasi dengan masyarakat lingkar bandara khususnya masyarakat tanak Awu.
“Pelibatan unsur Pemerintah Desa, dan tokoh setempat yakni Desa Tanak Awu dalam pergantian nama BIL ke BIZAM ini tanpa koordinasi.” Jelasnya.
Ditegaskan Lalu Saifudin, penolakan Masyarakat tanak awu terhadap nama BIZAM bukan tanpa alasan. Hal ini karena warga sejak awal sudah susah payah merelakan tanahnya dalam perjuangan mewujudkan BIL bahkan terdapat masyarakat yang menjadi korban.
“Karena itu, mohon jangan dipasang dulu, jangan diganti dulu, nanti selepas Pilkada baru kita bicara lagi, panggil tokoh-tokoh kami, Bupati kami, Camat kami, Ring satu Kepala Desa kami,” Pungkasnya.[]