HeadlineKesehatanLombok Tengah

Salah Alamat, Rilis Satgas Covid-19 Disayangkan Berbagai Pihak di Loteng

PRAYA, QOLAMA.COM | Rilis yang dikeluarkan Satgas Covid-19 Provinsi NTB dipastikan “menyesatkan” karena menulis data Pasien dengan alamat yang keliru. Dua pasien Inisial H dan MA bukan berasal dari Desa Janapria, Kecamatan Janapria melainkan dari Desa Durian dan Desa Selebung. Kepastian tersebut disampaikan Kepala Desa Janapria Muhammad Nasir saat dikonfirmasi Qolama.com pada, Ahad, (31/5/2020) pagi.

Dikatakannya, ketika menerima Rilis Sabtu, (30/5/2020) malam, dirinya langsung sibuk melakukan koordinasi dengan sejumlah pihak termasuk Kepala Dusun dan tokoh masyarakat setempat. Setelah ditelusuri ternyata tak satupun warganya yang bekerja di Rumah Sakit Umum Praya dengan Inisial H dan MA.

“Sudah jelas itu datanya salah, yang benar dari Desa Durian dan Desa Selebung. Malah saya dengar tim Puskesmas juga hari ini akan turun tracing kontak ke keluarganya di dua desa tersebut” Ungkap Nasir.

Sementara itu, sejumlah fihak menyayangkan kesalahan penulisan alamat Pasien Covid-19 yang di rilis Satgas Covid-19 Propinsi NTB tersebut.

BACA BERITA TERKAIT :

Dua Pasien Positif Covid-19 di Janapria Diduga Salah Alamat

Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Media Online Indonesia (MOI) Lombok Tengah Ahmad Jumaili mengatakan, kesalahan penulisan alamat ini sangat fatal dan berbahaya karena akan berakibat meresahkan dan menyesatkan informasi ditengah masyarakat.

“Kesalahan ini sangat fatal, selain meresahkan warga desa yang disebut dalam rilis, juga membuat abai warga desa yang benar-benar terdampak, padahal mereka disitu tak sadar sedang diancam bahaya” Ungkapnya, Ahad (30/5/2020).

Jumaili yang juga Warga Desa Durian Kecamatan Janapria ini meminta Satgas Covid-19 Propinsi lebih teliti dan hati-hati mengeluarkan data Pasien Positif Covid-19 ini.

Hal yang sama disampaikan Suandi Kusuma Jaya, Ketua Forum Politisi Muda Janapria (FPMJ). Dikatakannya, semalam semua warga Janapria resah sejak Rilis tersebut menyebar.

“Begitu rillis kami terima kemarin sore, langsung kami menghubungi Tim Covid Desa dan relawan untuk memastikan data warga desa Janapria yang diperiksa dan ada gejala awal, bersama pemerintah desa kita semua sibuk cari informasi ternyata tidak ada dan justru ada di desa lainnya” Ungkapnya.

Andi sangat menyayangkan sesatnya informasi ini. Kesalahan penulisan nama desa ini menunjukkan Kerja Satgas Covid-19 di daerah ini harus dipertanyakan keseriusannya.

“Kita sangat sayangkan rillis yang dikeluarkan ternyata menyesatkan, jangan asal tulis begitu sehingga masyarakat yanga nama desanya disitu menjadi resah sementara desa yang benar terdampak akhirnya santai saja dan tidak mengantisipasi, saran kami ayo lah kita berantas peredaran covid ini dengan bener, jangan asal uwus saja” Ungkapnya.

Bacara Berita Lainnya :

Fraksi PKB Loteng: Pemerintah Harus Evaluasi Protokol Kesehatan di Pesantren

Soal Tudingan Keluarga Gubernur Terlibat JPS Gemilang, Kadis UMKM Pasang Badan.

RMI PBNU : Jika Tidak Siap Jangan Paksakan New Normal di Pesantren !

Kata Andi, masyarakat di bawah sudah mengikuti semua saran pemerintah terkait protokol kesehatan, sehingga ia berharap petugas atau satgas covid-19 baik di Desa, Kabupaten dan Propinsi juga harusnya bekerja dengan lebih serius sehingga tidak memakan gaji buta.

“Kalo kerja tidak bener begini kan namanya makan Gaji Buta” Tandasnya.

Ketua BPD Desa Durian, M. Paozi menginformasikan, hari ini Desa Durian sedang dilakukan sterilisasi. Sejumlah kegiatan Warga dihentikan sementara waktu termasuk kegiatan Pemancingan yang sedang diselenggarakan di Embung Bengak Desa Durian

Tim kesehatan, Kapolsek serta Camat dikatakannya juga sedang dilapangan untuk melakukan pendataan sebelum dilakukan Tracing Kontak dan Rapid Tes terhadap semua orang yang pernah berinteraksi dengan Pasien H.

“Setelah pendataan ini akan langsung turun dari tim Dikes melakukan Rapid Test” Jelasnya. []

Adsvertise
Selengkapnya

One Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button