HeadlineKolomPolitikSosial

Ternyata, Para Pahlawan Kita Belajar Dari Kolonial

Ada pernyataan menarik dari Emil Salim “Pemimpin sejati, kata orang bijak, tidak dilahirkan, melainkan ditempa dan dibentuk oleh semangat zaman”

Oleh: Tauhid R

Pernahkah kita bertanya, Apa yang melatar belakangi kemerdekaan kita? Sejauh mana kemerdekaan kita direncanakan sampai benar-benar merdeka? Atas dasar apa kemerdekaan kita akhirnya berani di proklamirkan? Kok bisa kita merebut kemerdekaan hanya dengan satu komando? Dan inilah yang seharusnya kita tanyakan saat ini sebagai bentuk syukur dan juga untuk terus berusaha menjaga kemerdekaan kita. Merdeka dari penjajah sudah usai, tapi merdeka dari pembodohan (bukan kebodohan) nyatanya belum.

Terlepas dari Indonesia sebagai negara jajahan Belanda dan Jepang kala itu. Belanda nyatanya memberi kontribusi besar terhadap semangat juang para pahlawan Negeri ini. Baik pahlawan-pahlawan yang diabadikan namanya ataupun tidak.

Semangat juang para pahlawan Negeri ini ternyata terbentuk mulai dari mereka SD, yang pada tahun 1902 bernama ELS (Europe Lager School) dan HIS (Hollanddsch Indlandsche School) pada tahun 1893. Sekolah untuk mereka orang-orang keturunan Eropa, Timur Tengah, China, dan juga Pribumi. Meskipun demikian, para pengajar Belanda di sekolah tersebut selalu mendiskreditkan Pribumi dengan ungkapan-ungkapan seperti “Orang Eropa kulitnya putih dan orang Pribumi kulitnya………?”. Namun mulai dari ELS dan HIS inilah keperibadian para pahlawan kita rata-rata terbentuk. Sekolah yang selalu mengedepankan kedisiplinan, keberanian, sopan-santun mampu memberikan suntikan semangat juang untuk para Revolusioner kita.

Setelah mengemban pendidikan dasar, selanjutnya para siswa melanjtukan ke pendidikan SMP yang bernama MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijis). Sekolah ini begitu ketat dengan aturan. Pendidikan yang diberikan lebih fokus kepada baca, tulis dan praktikum. Tidak jarang para guru sama sekali hanya duduk diruang kelas yang selanjtunya para siswalah yang menerangkan materi pelajara. Apabila ada siswa yang tidak patuh dengan aturan, maka siap-siap orang tua mereka dilayangkan surat dari pihak sekolah, sampai pada tiga kali teguran dan tidak ada perubahan, maka konsekuensinya adalah dikeluarkan dari sekolah.

Hal yang menarik dari pendidikan ELS, HIS dan MULO, meskipun mereka para penjajah menjarah habis-habisan isi bumi kita dan tenaganya, namun mereka sangat ketat dalam membentuk keperibadian siswa didiknya. Sopan-santun lah sebagai poin utama, mereka para siswa, harus mempelajari betul bagaimana sejarah Belanda sampai mendapat kemerdekaanya. Setiap tahun, para kolonial merayakan hari kemerdekaan mereka di Negeri ini, dan dari sinilah para pahlawan tersengat semangat juangnya untuk benar-benar melepas diri dari penjajahan Belanda.

Sutan Sjahrir, Moh. Hatta dkk, nyatanya juga sempat mengemban pendidikan di sini. Dan mereka pula yang mulai membentuk strategi bagaimana merdeka secara penuh. Rekan beliau yang bernama Djohan Sjahroezah-pun ikut andil dengan gerakan bawah tanah dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Meskipun nama beliau tidak disematkan dalam tinta Pahlawan Nasional, namun pendiri PSI (Partai Sosial Indoneia) pertama ini mampu memberikan kontribusi besar terhadap nasib bangsa ini dengan membentuk perhimpunan para buruh, membentuk media informasi dll.

Para revolusioner bawah tanah mampu menggerakkan semangat juang seluruh masyarakat Indonesia. Dan semangat itu mereka dapatkan dari pendidikan yang pernah mereka emban di sekolah-sekolah milik kolonial. Nilai kedisiplinan, semangat juang, keberanian, dan sopan santun mereka terbentuk. Alhasil, sekarang kita merdeka dengan pendidikan tanpa batas, bebas, bahkan mampu sewena-wena terhadap guru, dan sangat disayangkan, para orang tua-pun demikian., otak mereka berkurang dengan selalu membela anaknya, padahal, yaaa tau sendiri lah anak sekarang kayak gimana.

Wow emejing , inilah mengapa kita sudah lepas dari penajajahan dan kebodohan, namun masih terkekang oleh pembodohan. Pembodohan oleh media, pembodohan oleh sistem, pembodohan oleh UU agak ngacau yang dibuat oleh orang ngacau dan akhirnya di bui dan masih ngacau pula….

Ada pernyataan menarik dari Emil Salim “Pemimpin sejati, kata orang bijak, tidak dilahirkan, melainkan ditempa dan dibentuk oleh semangat zaman”. Dari sini silahkan disimpulkan. Seharusnya bagaimana menjadi pelajar, bagaimana menjadi pengajar, dan bagaimana menjadi orang yang membuat sistem belajar-mengajar. []

Selengkapnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cek juga
Close
Back to top button