HeadlineSosial

Millenial Bintang Sembilan Award, Penghargaan Untuk Orang Biasa yang Luar Biasa

MATARAM – QOLAMA.COM | Memperingati hari kasih sayang sedunia, anak muda Nahdlatul Ulama Provinsi Nusa Tenggara Barat yang tergabung dalam Millenial NU Bintang Sembilan memberikan penghargaan kepada lima orang masyarakat biasa yang luar biasa, memiliki kontribusi, dedikasi tinggi serta konsisten menjalankan profesi.

“Mereka para nominator yang menerima Award Millenial, bukan berasal dari tokoh atau orang terkenal, tapi berasal dari orang biasa, tapi sesungguhnya luar biasa dedikasi dan kontribusinya bagi masyarakat lain, melalui profesi dijalani” kata Kita memberikan penghormatan kepada orang-orang biasa yang kita anggap luar biasa” kata Founder dan inisiator Millenial Bintang Sembilan NTB, Guru To’i Akhdiansyah, di Sekretariat Millenial NU Bintang Sembilan, konflek perumahan Grya Pesona Rinjani, Mataram, Minggu 14 Februari 2021.

Lima nominator Millenial Award 2021 dari kalangan orang biasa yang luar biasa dipilih berdasarkan konsistensi memberikan pelayanan dan pengabdian kepada orang lain.
Mereka telah menunjukkan konsistensi, keikhlasan dan pelayanan kepada siapa pun.

Politisi muda Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang juga anggota DPRD NTB menjelaskan, dalam menjalankan profesi dan pengabdiannya, kelima nominator
tidak pernah membedakan posisi atau jabatan dalam memberikan pelayanan kepada orang lain, mulai pejabat hingga masyarakat biasa, semua diperlakukan sama,

“Penghargaan diberikan Millenial NU Bintang Sembilan NTB sendiri berupa uang, pakaian dan sertifikat” katanya.

Lima nominator orang biasa yang luar biasa berasal dari profesi yang berbeda-beda. Abraham yang bekerja sebagai kusir cidomo selama puluhan tahun di pasar Kebon Rowek, Ampenan.

Dulu dalam sehari penghasilannya mencapai Rp.150.000–Rp.200.00, kini masa covid 19 ia hanya dapat membawa pulang Rp.20.000.

Mastur dari Sukaraja, Ampenan yang berdagang nasi balap sejak 1993 dari harga Rp.250 sampai harga Rp.5000. Dulu ia bisa menjual sampai 150 bungkus, kini hanya laku 25 bungkus dalam sehari.

Amaq Idi yang berdagang mie rebus di Jebak Belek, Dasan Agung sejak tahun 1967. Pelanggan utama Amaq Idi sebagian besar mahasiswa dan siswa yang ngekos di Dasan Agung. Kini para pelanggan Amaq Idi banyak yang telah menjadi orang sukses dan berhasil.

Jamilah, berjualan nasi bungkus di Gomong, Mataram. Ia terpaksa menggantikan suami berjualan, karena suaminya sedang sakit liver. Selain itu Kamaruddin alias Udin yang sudah membantu dikantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) NTB.

Hadir pada acara Award Millenial NU, Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) NTB, H.L.Aksar Ansori, Koord.Divisi Hukum Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Propinsi NTB, Umar Ahmad Seth, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Mataram, Husni Abidin, Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Mataram, Hasan Basri dan Ketua PW LTN NU NTB, Suaeb Qury.

Selengkapnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cek juga
Close
Back to top button