Makan dan membaca itu dua aktivitas yang berbeda tapi punya makna dan maksud yang sama. Makan itu proses memasukkan makanan melalui mulut dan cerna oleh tubuh untuk menjadi energi (tenaga) dalam tubuh.
Membaca itu juga memasukkan informasi (pengetahuan) melalui mata ke dalam otak yang diproses dan cerna dalam pikiran sadar. Hasil bacaan itu lalu jadi data yang disimpan oleh pikiran bawah sadar. Data itu bisa diakses kapan saja oleh pemiliknya sesuai kebutuhan.
Pikiran bawah sadar itu tak ubahnya hardisk komputer yang bisa menyimpan data sekian mega bit selama puluhan atau ratusan tahun. Selama tidak ada virus (penyakit) yang menyerang, data dalam memori pikiran bawah sadar itu tetap tersimpan dan bisa di datangkan, di panggil (diunduh) kembali kepan saja ia mau.
Wajar kalau orang yang usianya meski sudah puluhan tahun, daya ingatnya masih kuat dan terperinci menceritakan berbagai pengalaman yang pernah ia alami dimasa lalu. Begitu juga, orang bisa lupa ingatan meski masih muda kalau pikiran bawah sadarnya kena virus (terganggu).
Hasil bacaan itu bisa menjadi energi, tenaga dan motivasi hidup terutama dalam melihat satu persoalan. Sebagaimana pentingnya makan bagi tubuh, membaca pun demikian. Kalau orang makan setiap hari, membaca pun mestinya jadi kebutuhan setiap hari. Kalau makan itu kebutuhan fisik (non rohani), maka membaca merupakan kebutuhan rohani, pikiran dan hati.
Tak ubahnya orang makan, membaca pun ada waktunya sedang selera dan tidak selera. Ada kalanya kita tidak selera membaca sekian lama, ada saatnya kita selera membaca kalau membaca bahan bacaan tertentu yang membuat kita penasaran atau ingin kita dalami (pelajari).
Perubahan selera bacaan itu hal wajar. Itu seiring waktu, usia dan kebutuhan bahan bacaan yang kita perlukan. Perubahan selera bacaan itu bisa disebabkan faktor dari dalam dan luar. Biasanya ada dorongan dari dalam untuk mendalami tema-tema yang terkait dengan yang kita alami dan rasakan. Dorongan dari luar, terkait isu-isu atau perkembangan yang sedang trend atau muncul di masyarakat.
Kita juga bisa mencicipi terlebih dahulu sebuah bahan bacaan. Kalau kita rasa enak, mudah dipahami, menghibur dan menambah wawasan, maka biasanya kita akan membacanya sampai selesai. Kalau tidak, tentu hanya sampai mencicipi saja. Kita juga bisa menggunakan metode ngemil (baca sedikit-sedikit) bacaan yang agak berat dan panjang.
Orang biasa mencicipi dulu untuk mengetahui rasa sebuah makanan. Kalau dirasa tidak cocok dengan selera, tentu tidak akan dipilih makan sampai habis. Pilihan mengkonsumsi sebuah makanan bukan sebatas melihat tampilan saja tapi juga rasa dan kandungannya.
Demikian juga saat membaca, selera membaca akan tumbuh bukan hanya menyangkut judul, cover tapi juga gaya penulisan dan nama penulisnya. Dua hal belakang ini yang membuat banyak penulis punya banyak penggemar karya-karya yang dihasilkan.
Jadi, kalau makan itu memasukkan, membaca juga memasukkan dan menulis itu mengeluarkan. Mengeluarkan hasil bacaan, pengalaman dan pengetahuan yang telah ia masukkan serta tabung selama sekian tahun. Jangan lupa, sebelum memilih bacaan, dicicipi dulu agar tidak kecewa memilih bahan bacaan.
Ingat, mengkonsumsi bahan makanan (minuman) yang tidak tepat bisa menimbulkan kegemukan, kolesterol dan serangan jantung. Maka pilihlah bahan makanan yang kaya manfaat dan bergizi. Bacaan pun demikian, ada yang bergizi dan tidak.
Kalau salah memilih bahan bacaan, bisa bikin tak selera hidup, pesimis dan suka mencari kesalahan serta kelemahan orang lain. Hidup terasa sempit, seolah tidak ada yang baik. Tuhan pun disalahkan karena dianggap pilih kasih dan kejam terhadap hambanya.
Orang yang tidak bisa membaca atau tidak terbiasa membaca cendrung sebagai pendengar dan pengikut apa yang katakan (sampaikan) orang. Ia akan nurut dan percaya saja apa yang dikatakan orang, apa lagi kalau orang itu dianggap ustadz, kyai, tuan guru, doktor atau profesor. Meski yang disampaikan itu belum tentu benar atau hasil karangan. Karakternya pengekor.
Orang yang bacaannya luas dan dalam bisanya biasanya punya banyak opsi, solusi dan terbuka. Mereka juga kritis melihat satu masalah, tidak mudah disuapi oleh informasi yang tidak jelas sumber dan faktanya. Intinya, ia punya alat penyaring informasi atau data yang masuk (datang) kepadanya. Ia punya bahan tentang masa lalu dan bisa peka melihat trend yang akan muncul pada masa yang akan datang.
Nah sobat, anda sedang selera membaca apa saat ini?