Tak Ketinggalan, Sejumlah Tokoh Muda Ikut Bicara Soal BIL
PRAYA, QOLAMA.COM | Sejumlah tokoh muda Lombok Tengah menilai, pemaksaan pemasangan plank Bandara Internasional Lombok (BIL) menjadi BIZAM beberapa waktu lalu tidak lain adalah bentuk arogansi kekuasaan yang hanya mementingkan gengsi primordial dan mengakibatkan matinya demokrasi di Kabupaten Lombok Tengah.
“Itu upaya pemaksaan yang arogan, sewenang-wenang dan mematikan demokrasi berasas musyawarah mufakat” Ungkap tokoh muda Ahmad Wahyudi, Ketua LSM Tastura Watch Lombok Tengah, Sabtu (2/1/2021).
Menurut Wahyudi, cacatnya prosedur seperti tidak dilibatkannya Kepala Daerah Setempat, Anggota DPRD setempat serta tokoh masyarakat setempat dalam proses perubahan nama BIL ke BIZAM, menunjukkan secara telanjang bahwa demokrasi di Lombok tengah sudah kehilangan nilai-nilai permusyawaratan perwakilan.
“Mentang-mentang punya kuasa, kemudian aspirasi masyarakat diabaikan. Itu kepemimpinan yang tidak demokratis. Mereka ini pemimpin demokratis atau diktator”. Ungkapnya.
Senada dengan Ketua LSM Tastura Watch Lombok Tengah, Tastura Peduli Lombok Tengah juga menyayangkan hal yang sama. Sekjend Tastura Peduli, Ahmad Yasin mengatakan, memaksakan kehendak dalam proses perubahan nama bandara sangat tidak produktif ditengah sulitnya ekonomi masyarakat akibat pandemic Covid-19.
“Masyarakat masih susah secara ekonomi sebab Covid-19, sekarang tambah beban dengan menciptakan konflik soal bandara.” Keluhnya.
Yasin menilai, adanya ambisi merubah nama bandara hingga memasang plang pada malam hari saat warga terlelap menunjukkan I’tikad baik elit politik menyelesaikan persoalan ini nihil.
“Ini menunjukkan, mereka tidak sedang memikirkan bagaimana pemulihan ekonomi masyarakat paska covid, tetapi di otak mereka hanya merubah nama bandara”. Tegas Yasin.
Pemuda ini meminta agar polemik nama bandara segera dihentikan dan agenda-agenda pembangunan dijalankan.
“Ayo fokus dengan agenda ekonomi dan kesejahteraan warga NTB, sudahi polemic nama bandara karena itu tidak produktif.” Pungkasnya. []