HeadlineKolom

Cerita Inspiratif Melawan Covid-19 Dari Desa Pesanggrahan Lotim

Desa Pesanggrahan terlahir bukan sebagai desa cengeng yang harus sembunyi dan menangisi diri dengan rasa takut yang amat sangat, desa Pesanggrahan adalah Desa petarung dan TANGGUH, yang mampu melewati badai seberapa besarnyapun ia mengurung.

Marzoah Hadi (Perangkat Desa Pesanggrahan)

Setelah World Health Organization (WHO) menetapkan virus Corona atau Covid-19 sebagai pandemi, karena telah menyebar ke lebih dari 200 negara di dunia. Akhir-akhir ini kita disuguhkan data peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia baik jumah pasien terkonfirmasi positif dan jumlah pasien yang meninggal dunia. Data ini cukup memprihatinkan namun Pemerintah senantiasa berupaya untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 di Indonesia.

Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan Provinsi yang ditemukan kasus terkonfirmasi positif, berdasarkan data dari situs resmi terkait Covid-19 Pemerintah Provinsi Nusa Tenggra Barat (corona.ntbprov.go.id). Dari data tersebut terlihat bahwa selain Kota dan Kabupaten, yang juga perlu perhatian khusus terkait pencegahan penyebaran Covid-19 dan garda terdepan pemerintahannya adalah Desa sehingga peran Desa perlu dioptimalkan.

Ada banyak contoh desa di Indonesia yang telah mengoptimalkan perannya sebagai desa tanggap Covid-19, salah satunya Desa Pesanggrahan Kecamatan Montong Gading Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Berbicara tentang covid-19, Kepala Desa Pesanggrahan bersama jajaran perangkat desa dan masyarakat berkomitmen untuk penanganan covid-19 dengan membentuk Tim Gerak Cepat (TGC) Pemantau Covid-19 Desa Pesanggrahan. TGC ini langsung diketuai oleh kepala desa dengan wakil ketua dari Unsur BPD dan yang beranggotakan 22 Badan Keamanan Desa (BKD),11 Kepala wilayah,32 Ketua RT serta 55 kader dan dibantu oleh tenaga medis dari Pusat Kesehatan Masyarakat serta terus bersinergi dengan Babinkamtibmas dan Babinsa.

Tugas dari TGC ini mulai dari sosialisasi ke kampung-kampung disetiap RT yang ada di Desa Pesanggrahan , Fogging atau penyemprotan Disinfectan pada sarana Ibadah dan Pendidikan serta rumah penduduk. Selain itu TGC juga memantau warga yang baru pulang dari luar wilayah dan melaporkan ke TIM Medis untuk mendapatkan pemeriksaan serta dihimbau untuk Isolasi mandiri dirumah masing-masing. Selain itu juga pemerintah desa pesanggrahan menganggarkan dana untuk penanganan covid-19 dari dana desa sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Kemendes.

Pemerintah Desa dan Masyarakat dibantu oleh Babinkamtibmas serta Babinsa tergerak untuk membuat “ Kampung Sehat ” dalam upaya mencegah penyebaran covid-19 dari level desa/kampung. Secara Intens setiap masyarakat yang datang baik dari luar daerah atau luar negeri terlebih dulu harus cek suhu tubuhnya,memakai masker, cuci tangan ditempat yang telah disediakan. Selain itu kendaraan yang melintas di pintu masuk gerbang desa Pesanggrahan harus di semprot disinfectan oleh TGC yang berjaga.

Protokol kesehatan tidak hanya berlaku bagi masyarakat, tapi juga aparat kepolisian maupun TNI serta jajaran pemerintah Lombok Timur yang datang ke Desa Pesanggrahan. Hal ini dirasakan Bupati Lombok timur, H.M. Sukiman Azmi dan rombongan saat berkunjung ke Desa Pesanggrahan (4 April 2020).

Pembagian Masker juga dilakukan TGC Pemantau covid-19 Desa Pesanggrahan pertama kali kepada setiap warga, kemudian dibantu oleh gugus tugas kecamatan, Babinkamtibmas, Babinsa dan BKD membagikan masker bagi setiap pengendara yang melintas disimpang tiga gerbang masuk Desa Pesanggrahan.

“Kampung Sehat” adalah konsep menjalankan kembali kehidupan yang normal dengan gaya baru, gaya yang disesuaikan dengan keadaan. Yang biasa kerja tanpa masker, harus pakai masker. Yang biasanya berdesak-desakan harus jaga jarak.

Desa kami sudah berkali-kali dihadapkan pada situasi paling sulit dalam perjalanannya. Tapi kami mampu beradaptasi, bertahan bahkan menyeimbangkan diri lagi.

Kami percaya, bahwa desa Pesanggrahan terlahir bukan sebagai desa cengeng yang harus sembunyi dan menangisi diri dengan rasa takut yang amat sangat, desa kami petarung, yang mampu melewati badai seberapa besarnyapun ia mengurung.

Tantangan Desa Pesanggrahan selain memutus mata rantai penyebaran virus corona ini tentu juga terdapat permasalahan lainnya. Permasalahan lainnya yakni ketahanan pangan dan mata pencaharian yang semakin berkurang. Dari permasalahan tersebut tentu ada gotong royong untuk membantu sesama masyarakat desa karena salah satu kekuatan dari bangsa Indonesia adalah gotong royong dan solidaritas.

Menghadapai Dampak Covid-19 Terkait Ketahanan pangan, Desa Pesanggrahan dengan luas 547 ha memiliki lahan pertanian seluas 355 ha dengan pola tanam padi,padi palawija menganjurkan masyarakat untuk untuk tetap mempertahankan kearifan lokal dalam menjaga hasil panen (rata-rata 5 ton/ha) , salah satunya dengan menyimpan padi (gabah) pada lumbung (Pantek) seperti yang dilakukan oleh orang tua dulu, selain fungsinya (lumbung/pantek)sebagai tempat menyimpan padi juga bisa sebagai tempat aman dari serangan Tikus.

Komunikasi Publik Tim Gerak Cepat Desa Pesanggrahan di bawah pimpinan kepala desa pesanggrahan secara intens menyampaikan dampak dari covid-19 kepada masyarakat termasuk dampak pada sektor pangan. Untuk meminimalisir dampak covid-19 pada sektor ketahananan pangan, pihak kepolisian (Babinkamtibmas) dan TNI ( Babinsa ) yang merupakan sahabat petani dan mitra kerja dari desa juga saling bahu membahu, saling mengingatkan dan bersama-sama menghimbau kepada masyarakat agar memanfaatkan lahan kosong termasuk pekarangan rumah untuk bercocok tanam baik sayur-sayuran buah-buahan dan segala jenis tumbuhan obat-obatan.

Dalam Sektor Pertanian terkait dengan ketahanan pangan, TGC Desa Pesanggrahan, Babhinkamtibmas, Babinsa yang merupakan Sahabat Petani mengarahkan kelompok-kelompok tani (13 kelompok tani)yang tergabung dalam “GAPOKTAN Lereng Rinjani” untuk mempertahankan hasil panen dengan tidak tergantung pada pupuk kimia dan membiasakan pada budaya orang tua terdahulu untuk menggunakan pupuk kompos. Selain dalam pengolahan lahan pertanian dan hasil panen, diarahkan juga pada peningkatan kemampuan paara anggotanya dalam mengembangkan agribisnis sehingga menjadi kuat dan mandiri.

Sebelum pandemi covid-19 melanda Indonesia, pemerintah desa pesanggrahan telah lebih dahulu membentuk Kelompok Wanita Tani (KWT) dan memberikan anggran untuk pembinaan dan pelatihan. Untuk diketahui bahwa desa pesanggrahan memiliki 8 KWT, salah satunya “KWT Bunga Anggrek” dengan ketua ibu AYUNI yang notabenenya Ibu rumah tangga dan bergerak pada bidang Usaha Mikro Kecil Menengah yang memproduksi anyaman ketak dengan penghasilan rendah.

Melalui KWT Bunga Anggrek H. Badrun (Kepala Desa Pesanggrahan) yang jeli melihat potensi itu memberikan pembinaan dan pelatihan serta anggaran dalam mengembangkan usaha. Tidak sia-sia, KWT Bunga Anggrek yang sekarang beranggotakan 32 orang telah menjadi industry rumah tangga yang memproduksi Anyaman Ketak disetiap rumah anggotanya dan berpenghasilan rata-rat 1,5 juta/perbulan.

Ibu rumah tangga juga perlu dikenalkan pada praktek ekoefisiensi dalam menghadapi dampak covid-19 ini. pembinaan bagi ibu rumah tangga melalui Kelompok Wanita Tani (KWT)yang sudah dijalankan berdampak positif dan mampu terhindar dari dampak covid-19 pada sektor ketahahanan pangan. Upaya penguatan ketahanan pangan keluarga perlu ditingkatkan dimasa pandemic Covid-19 seperti saat ini sehingga dapat mencegah Stunting.

Saatnya gaya hidup hijau (New Normal) yaitu prilaku yang bersih, ramah lingkungan dibudayakan dan dijadikan trend baru. Gaya Hidup hijau selain bervisi lingkungan juga sarat nilai sosial dan kesehatan.

Desa Pesanggrahan terlahir bukan sebagai desa cengeng yang harus sembunyi dan menangisi diri dengan rasa takut yang amat sangat, desa Pesanggrahan adalah Desa petarung dan TANGGUH, yang mampu melewati badai seberapa besarnyapun ia mengurung.

Salam New Normal..!!
BRAVO DESA PESANGGRAHAN..!!!

Selengkapnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cek juga
Close
Back to top button