
MATARAM – QOLAMA.COM | Masalah lingkungan untuk keberlangsungan cagar alam di masing – masing kawasan geopark menjadi salah satu utama yang dibahas dalam acara The 6th Asia Pacific Geopark Network (APGN) 2019 yang berlangsung di Provinsi Nusa Tenggara Barat
“Masalah keberlangsungan cagar alam geopark menjadi perhatian serius peserta APGN, termasuk kawasan Rinjani dan Tambora, memastikan kelestariannya berbagai habitat yang hidup di dalamnya bisa tetap terjaga” kata Ketua Delegasi Geopark Tambora, Ridwansyah di Mataram, Kamis (5/9/2019).
Dikatakan ratusan peserta yang terdiri dari ahli geologi dari berbagai negara tersebut selama simposium APGN berlangsung berbagi pengalaman dan ide tentang masalah lingkungan, bagaimana mengelola dan memeliharanya supaya bisa tetap terjaga keberlangsungannya bagi kehidupan manusia.
Selain masalah lingkungan, topik tidak kalah penting menjadi pembahasan peserta APGN adalah, bagaimana pemberdayaan sosial-ekonomi lokal untuk pembangunan berkelanjutan, terutama masyarakat sekitar kawasan.
“Pelibatan komunitas, risiko geohazard, dan pemulihan, bagaimana mempolulerkan pengetahuan ilmiah untuk pendidikan publik” katanya
Termasuk, promosi calon geopark global dan jaringan geopark global landscape vulkanik. Untuk itu, para peserta dari APGN 2019 akan berbagi pengetahuan terkait warisan alam dan mitigasi geohazard secara kreatif dan aktif.
Itulah kenapa APGN 2019 mengambil tema “Geopark Global UNESCO Menuju Masyarakat Lokal yang Berkelanjutan dan Mengurangi Risiko Geohazard.
Gubernur NTB, Zulkiflimansyah sebelumnya mengatakan, pelaksanaan APGN di NTB, ingin membuktikan bahwa NTB eksis dalam mengelola geopark dan cagar biosfer. NTB juga sudah mampu bangkit dari bencana alam yang sempat melanda tahun 2018.
Selain itu, bagaimana supaya pariwisata semakin bergeliat dan dapatkan memberikan kemanfaatan bagi kesejahteraan ekonomi masyarakat, serta semakin dikenal dunia sehingga masyarakat bisa mendapatkan penghasilan.
APGN sendiri merupakan forum simposium bagi peserta dari Geopark Global UNESCO Asia-Pasifik dan Geopark Nasional dari Indonesia serta negara-negara Asia-Pasifik untuk membicarakan dan berbagi ide tentang masalah-masalah lingkungan yang dihadiri 700 orang peserta dari 35 negara Asia Pacific, yang berlangsung mulai 31 Agustus hingga 6 September 2019.