MATARAM – QOLAMA.COM | Kota Mataram menjadi salah satu daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat paling tinggi kasus Covid-19 setelah Kabupaten Lombok Barat. Bahkan untuk tingkat kecamatan saja jumlahnya mencapai ratusan kasus.
Berdasarkan data gugus tugas penanganan Covid-19 Provinsi NTB sampai 5 Juli 2020, Kecamatan Ampenan menjadi kecamatan dengan kasus Covid-19 paling tinggi, sebanyak 148 kasus. Kecamatan Mataram berada di posisi kedua dengan 110 kasus, Selaparang 108 kasus, Cakranegara 85 kasus, Sekarbela 77 kasus dan Sandubaya 68 kasus.
Sementara, jika dilihat dari sebaran kasus per kelurahan di Kota Mataram, Kelurahan Rembiga, Kecamatan Selaparang, menjadi daerah yang paling menghawatirkan, dengan 36 kasus. Jumlah ini menempatkan Kelurahan Rembiga sebagai kelurahan dengan jumlah kasus terbanyak di Kota Mataram.
Kelurahan lain yang juga mencatatkan jumlah kasus tertinggi adalah Pejeruk dengan 32 kasus, Cakranegara Barat dengan 31 kasus, Ampenan Tengah dengan 26 kasus, serta Turida dan Mataram Barat, masing-masing mencatatkan 20 kasus.
Hingga 5 Juli 2020, jumlah kasus Covid-19 yang terkonfirmasi di Kota Mataram telah mencapai 597 kasus. Dari angka tersebut, sebanyak 220 orang masih dalam perawatan alias belum sembuh, 341 orang (57,1 persen) telah sembuh dan sebanyak 36 (6,0 persen) orang meninggal dunia. Tingginya kasus Covid-19 tersebut, menempatkan Kota Mataram masih berstatus sebagai zona merah Covid-19.
“Perkembangan kasus Covid-19 di NTB, khususnya Kota Mataram dan Lombok Barat memang cukup menghawatirkan” kata peneliti sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. dr. Hamsu Kadriyan, M.Kes melalui siaran persnya, Minggu 12 Juli 2020.
Untuk mengendalikan penambahan jumlah kasus Covid-19 di NTB, menjadi tanggungjawab bersama, tidak saja pemerintah, masyarakat juga harus bertanggung jawab terhadap keselamatan diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar. Karena penularan virus ini dari orang ke orang melalui droplet.
Penularan melalui bicara, bersin dan meludah, sehingga risiko menularkan dari satu orang ke orang lain itu cukup tinggi, terutama jika masyarakat tidak menjalani protokol kesehatan itu.
Guna mengendalikan pandemi ini, tak ada pilihan lain selain harus menjalankan protokol kesehatan yang sudah disampaikan pemerintah, rajin mencuci tangan pakai sabun atau handsanitizer, menggunakan masker, menjaga jarak serta menghindari kerumunan dalam jumlah banyak.
“Masyarakat harus punya kesadaran, harus punya komitmen untuk melaksanakan protokol kesehatan tersebut. Jika tidak menjalankan protokol kesehatan, jumlah kasus yang ada sekarang ini akan terus meningkat,” ujar dr Hamsu.
Tidak hanya kasus Covid-19 yang akan meningkat, puncak dari kasus ini juga berpotensi akan semakin lama jika masyarakat tidak disiplin. Kalau kondisi tersebut sampai terjadi, dampak yang muncul, masyarakat bisa semakin terpuruk dalam jangka waktu panjang, perputaran roda ekonomi terganggu, aktivitas ibadah, sosial dan aktivitas pendidikan juga terganggu.
Menurutnya, masyarakat harus kembali sadar bahwa Covid ini masih mengancam. Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti di Malaysia dan Singapura, sekarang kasusnya sudah menurun sehingga penyebarannya sudah terkendali. Namun di Indonesia dan juga di NTB kasusnya justru semakin meningkat.
“Sekarang sudah melebihi angka 74 ribu se-Indonesia, dan prediksinya akan sampai 100 ribu kasus baru dia akan turun. Kalau bisa sih jangan sampai kita mencapai angka prediksi itu ya,” ujarnya.
Provinsi NTB berdasarkan hasil modelling yang pernah dibuat beberapa waktu lalu, di akhir Juli ini NTB akan ada dua ribuan kasus Covid. Hsama-sama berjuang, menjalankan protokol Covid agar lebih sedikit jumlah kasusnya, lebih sedikit korban kematian, sehingga aktivitas kedepan akan lebih baik.
Hamsu juga menyinggung soal munculnya narasi yang menganggap remeh virus corona atau bahkan ada yang tidak mempercayai Covid-19. Baginya, ini merupakan narasi yang naif karena Covid-19 sudah menjadi pandemi yang sudah terjadi di semua belahan dunia dengan 12,2 juta kasus. Bahkan di negara semaju Amerika Serikat sekalipun jumlah Covid-nya sudah di angka 2,5 juta kasus dengan 100 ribu angka kematian.
Kapan pandemi akan berakhir di NTB? Ia mengatakan, pihaknya sudah melakukan beberapa kali modeling yang disesuikan dengan kondisi yang sedang terjadi. Misalnya pada saat dilakukannya pembatasan penerbangan dan transportasi laut dari dan menuju NTB beberapa bulan lalu, pihaknya mengeluarkan hasil modeling yaitu puncak Covid-19 di NTB diprediksi akan terjadi akhir Juli ini dengan 2 ribuan kasus.