MATARAM – QOLAMA.COM | Menteri Kesehatan (Menkes), dr. Letjen Purnawirawan, Trawang Agus Putranto meminta agar dalam proses penanganan masalah stunting di setiap daerah Indonesia, termasuk Provinsi Nusa Tenggara Barat bisa dilakukan melalui pendekatan kearifan lokal.
“Yang kita inginkan, semua daerah bisa turunkan angka stunting dengan program dan melalui pendekatan kearifan lokal, mengingat penyebab di setiap daerah berbeda, sehingga pola penangan juga harus berbeda” kata Trawang ketiak berkunjung ke NTB, Kamis 5 Desember 2019.
Penyebab Stunting bisa makanannya, ada fasilitasnya tapi kalau kedua orang tuanya harus bekerja, itu terkait pola asuh, pernikahan usia anak, sehingga dalam proses penanganan, semua tergantung kearifan lokal.
Dikatakan, mewujudkan Indonesia unggul dan maju pada 2045 salah satu indikatornya, dengan menurunkan angka Stunting. Stunting merupakan tanggungjawab bersama dan akan menentukan masa depan Indonesia di masa mendatang.
“Kalau angka tidak menurun, angkatan kerja dan SDM dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kita sulit akan bisa mengalami kenaikan” katanya.
Ditanya daerah mana angka kasus stunting paling tinggi di Indonesia, Trawang enggan menyebutkan, karena bisa menimbulkan rasa tidak nyaman bagi daerah bersangkutan.
Tapi yang jelas, Menkes telah melakukan pemetaan dan telah melakukan kunjungan satu persatu dan melihat secara langsung proses penanganannya seperti apa.
“Yang jelas semua daerah, kasus stuntingnya ada, termasuk NTB” tutupnya.
Kepala Dinas Kesehatan NTB, dr. Nurhandini Eka Dewi sebelumnya mengatakan Dalam Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) NTB 2018-2023, Pemprov menargetkan penurunan angka stunting satu persen tiap tahun.
Dikatakan, sejak 2017, angka stunting di NTB, trendnya terus mengalami penurunan. Kalau pada 2017 angka stunting sebesar 37,20 persen. Pada 2018, angka stunting sebesar 36 persen.
Pada 2019, angka stunting ditargetkan turun menjadi 35 persen dan pada 2023 angka stunting ditargetkan tersisa sebesar 32 persen.