
“Compo Sampari”, Tradisi Unik Menyematkan Keris Sebelum Anak dikhitan di Dompu: Simbol Keberanian dan Identitas Lelaki Mbojo
Telah mentradisi sejak awal masa kesultanan Dompu abad XVIII, sebagai bentuk akulturasi budaya lokal dengan Islam di Tanah Dompu
Di tengah derasnya arus modernisasi dan kemajuan teknologi, masyarakat Dompu, Nusa Tenggara Barat, masih mempertahankan sebuah tradisi unik dan penuh makna: Compo Sampari, atau penyematan keris kepada anak laki-laki yang akan menjalani prosesi khitan.
Tradisi ini tidak sekadar seremoni adat, tetapi memiliki makna simbolik yang dalam. Keris dianggap sebagai lambang keberanian, kekuatan, dan kemandirian seorang laki-laki. Bagi masyarakat Dompu, anak yang akan dikhitan—biasanya berusia antara 9 hingga 10 tahun—dianggap telah memasuki fase menuju kedewasaan.
Penyematan keris dilakukan oleh tokoh masyarakat atau tokoh agama yang dihormati, disertai lantunan sholawat dan doa keselamatan bagi anak yang akan dikhitan. Suasana khidmat dan religius menyelimuti prosesi tersebut.
“Saya selalu suka menghadiri acara-acara seperti ini. Bagian dari menjaga dan merawat tradisi lokal keislaman di tanah Dompu,” ujar Akhdiansyah, S.Hi, anggota DPRD Provinsi NTB sekaligus tokoh masyarakat Dompu yang kerap dipercaya memimpin prosesi Compo Sampari.
Menurutnya, tradisi ini sudah berlangsung sejak masa Kesultanan Dompu pada abad ke-18, sebagai bentuk akulturasi antara budaya lokal dan nilai-nilai Islam. “Ini dilakukan sejak awal masa kesultanan Dompu abad XVIII, sebagai bentuk akulturasi budaya lokal dengan Islam di dana Dompu,” jelasnya.
Akhdiansyah menegaskan, tradisi semacam ini harus terus dijaga di tengah perubahan zaman. “Tradisi dan budaya adalah identitas asli kita yang harus diwariskan kepada anak cucu, sebagai perangkat pikir, sikap, dan tindakan. Lebih-lebih menghadapi kemajuan zaman dan revolusi teknologi yang masif saat ini,” ujarnya.
Bagi masyarakat Dompu, Compo Sampari bukan sekadar simbol atau warisan masa lalu, melainkan bagian dari napas kehidupan yang menyatukan iman dan budaya. Sebuah tradisi yang mengajarkan generasi muda tentang keberanian, tanggung jawab, dan kebanggaan atas jati diri mereka sebagai anak Dompu.[]