
Majelis Dzikir dan Sholawat (MDS) Rijalul Ansor PW GP Ansor Nusa Tenggara Barat (NTB) memantapkannpersiapan akhir untuk pelaksanaan Dirosah Ula angkatan pertama yang akan digelar pada 21–23 November 2025 di Lombok. Program kaderisasi ini menjadi langkah strategis Ansor NTB dalam mencetak kader dakwah muda Nahdlatul Ulama (NU) berkompeten.
Ketua MDS Rijalul Ansor PW NTB, Ahmad Jumaili, mengatakan bahwa kesiapan kegiatan telah mencapai sekitar 80 persen. Seluruh instruktur utama dari Pengurus Pusat MDS Rijalul Ansor dipastikan hadir.
“Untuk instruktur dan undangan dari Pimpinan Pusat MDS Rijalul Ansor sudah dipastikan hadir,” jelasnya di Praya, Lombok Tengah, Senin (3/11).
Kegiatan ini akan dihadiri dua tokoh penting MDS tingkat nasional, yakni KH Mahrus Iskandar, Ketua MDS Rijalul Ansor Pusat sekaligus putra Almaghfurlah KH Noer Muhammad Iskandar SQ, serta KH Muhammad Nailur Rochman (Gus Mamak), cucu waliyullah Mbah Hamid Pasuruan.
Sekitar 70 peserta dijadwalkan mengikuti kegiatan ini, terdiri dari pengurus wilayah, pengurus cabang, ustaz muda, santri, serta dai muda kader Ansor di NTB.
Program Kaderisasi Prioritas GP Ansor NTB
Sementara itu, Ketua PW GP Ansor NTB, Dr. Irpan Suriadiata, S.Hi., MH, menegaskan bahwa Dirosah Ula adalah bagian dari program prioritas kaderisasi GP Ansor NTB.
“Setiap kader GP Ansor wajib memahami visi dan misi organisasi, serta mengikuti proses kaderisasi resmi,” ungkapnya.
Ia menargetkan MDS Rijalul Ansor terbentuk di semua PC dan PAC GP Ansor se-NTB sebelum akhir tahun 2025.
Dirosah: Sistem Kaderisasi Berjenjang
Ketua Bidang Pengkaderan MDS PW Ansor NTB, TGH Supardi Ramli, LC, menjelaskan bahwa Dirosah merupakan sistem kaderisasi resmi dalam MDS dengan tiga jenjang utama:
Dirosah Ula (dasar) Dirosah Wustho (menengah) Dirosah Ulya (nasional)
“Dirosah adalah proses kaderisasi yang sistematis, terarah, dan berkelanjutan untuk mencetak kader dakwah yang siap mengabdi kepada umat,” jelasnya.
Ia juga menegaskan bahwa kader akan mendapatkan penguatan manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah dan pendidikan karakter dakwah.
TGH Supardi mengutip pesan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani:
“Tidak selayaknya seseorang tampil membimbing umat kecuali dibekali ilmu, kemampuan mengatur, dan kebijakan.”