
Film “Bebadong” adalah gambaran nyata bagaimana keputusasaan dan minimnya akses informasi membuat sebagian masyarakat rela menempuh jalur ilegal dan mempercayai praktik syirik demi mencapai harapan ekonomi. Film ini adalah alarm sosial, sekaligus ajakan untuk lebih rasional, legal, dan bertanggung jawab dalam meraih masa depan.
Film Bebadong adalah sebuah karya sinema yang memadukan drama sosial, kritik budaya, sekaligus pesan moral tentang realitas buram di balik migrasi ilegal di Lombok Nusa Tenggara Barat. Diproduksi oleh Advokasi Buruh Migran Indonesia (ADMI) bersama sejumlah lembaga internasional, termasuk German Cooperation, film ini bukan sekadar tontonan, melainkan seruan reflektif untuk masyarakat Indonesia, khususnya calon pekerja migran.
Latar Cerita
Film ini diawali dengan fenomena yang cukup akrab di sebagian masyarakat pedesaan Indonesia: praktik perdukunan sebagai jalan pintas agar bisa berangkat ke luar negeri, meski jalur yang ditempuh adalah ilegal. Dalam hal ini, “Bebadong” — semacam jimat atau ritual kekebalan masyarakat Sasak — menjadi simbol harapan palsu yang justru berujung petaka.
Tokoh utama, Selemin, adalah seorang perempuan desa yang sedang hamil tua. Hidupnya dipenuhi kepedihan setelah ditinggal mati sang suami, yang sebelumnya nekat menjadi TKI ilegal di Malaysia. Suaminya percaya bebadong yang dibawanya akan membuat dirinya kebal dari segala marabahaya. Namun, keyakinan itu justru berakhir tragis: ia tewas ditembak aparat Malaysia setelah melawan saat razia.
Jalan Cerita
Setelah kepergian suaminya, Selemin harus berjuang sendiri. Dengan kondisi hamil besar, ia menjadi pembantu rumah tangga di rumah orang kaya di kampungnya demi mengumpulkan biaya persalinan. Sayangnya, ia dipecat karena dianggap tidak cekatan dalam bekerja.
Tak putus asa, Selemin mencoba mengurus jaminan kematian suaminya melalui LSP, sebuah lembaga yang menangani perlindungan pekerja migran. Harapan itu pupus ketika Jumadil, petugas LSP, menyatakan jaminan tersebut tak dapat dicairkan karena status suaminya adalah TKI ilegal.
Alur film kemudian membentangkan kilas balik kehidupan suaminya di Malaysia, memperlihatkan bagaimana kepercayaan pada bebadong dan praktik syirik lainnya menjadi sandaran semu para pekerja yang berangkat tanpa prosedur resmi.
Pesan Moral
Film Bebadong menyampaikan pesan moral yang kuat: jangan mudah tergiur jalan pintas menuju “kesuksesan”, apalagi dengan cara ilegal atau melibatkan praktik syirik. Film ini menegaskan bahwa berangkat ke luar negeri tanpa prosedur resmi bukan hanya berisiko hukum, tetapi juga dapat merenggut nyawa.
Selain itu, film ini juga mengkritik realitas lemahnya perlindungan terhadap pekerja migran ilegal, sekaligus mengingatkan masyarakat agar tidak terjebak dalam jerat mitos kekebalan, yang pada akhirnya hanya memperbesar penderitaan.
Kekuatan Film
Film ini dikemas dengan alur yang rapi dan mudah diikuti. Meski memuat tema berat, narasi awalnya dihiasi dialog-dialog kocak khas masyarakat desa, sehingga penonton tidak langsung disuguhi ketegangan. Unsur misteri yang diselipkan juga membuat film ini terasa segar dan mengikuti tren film-film populer saat ini.
Patut diapresiasi, meski film ini bagian dari proyek kampanye sosial, pembuatannya tetap memperhatikan kualitas cerita dan sinematografi, sehingga layak ditonton tidak hanya sebagai edukasi, tapi juga sebagai hiburan.
Film “Bebadong” adalah gambaran nyata bagaimana keputusasaan dan minimnya akses informasi membuat sebagian masyarakat rela menempuh jalur ilegal dan mempercayai praktik syirik demi mencapai harapan ekonomi. Film ini adalah alarm sosial, sekaligus ajakan untuk lebih rasional, legal, dan bertanggung jawab dalam meraih masa depan.
Selamat untuk ADMI dan seluruh tim produksi yang berhasil membungkus isu serius ini menjadi sebuah film yang inspiratif, menyentuh, dan penuh pelajaran. [AJ]
TONTON FILMNYA DISINI :