Headline

Gusdurian Lombok Sayangkan Maklumat MUI NTB Soal Ucapan Selamat Natal

MATARAN, QOLAMA.COM | Komunitas Gusdurian Lombok menyayangkan sikap Majelis Ulama Indonesia (MUI) Propinsi NTB yang mengeluarkan maklumat melarang dan mengharamkan mengucapkan selamat natal berikut aktifitas-aktifitas agama lain diluar agama Islam.

Salah seorang penggerak Gusdurian Lombok Ahmad Jumaili kepada Qolama, Jum’at (20/12) di Mataram mengatakan, sikap MUI ini berpotensi mengganggu hubungan kerukunan ummat beragama di NTB. Terlebih lagi karena narasi-narasi yang dipakai berpotensi menyinggung perasaan ummat agama lain, atau saudara-saudara muslim yang pendapatnya berbeda dengan MUI.

Dikatakan Jumaili, di internal Islam sendiri, pendapat para ulama perihal hukum seorang muslim mengucapkan selamat natal tidak hitam putih. Ada ulama yang berpendapat haram, makruh dan tak sedikit yang mengatakan boleh atau mubah.

Diantara ulama-ulama yang membolehkan kata Jumaili adalah Syech Abdurrahman Al Buthi Suriah, Syech Abdus Satar Al Azhar mesir, Wahbah Zuhaili, Yusuf Qardhawi dan puluhan ulama-ulama yang lain.

“Tak ada larangan satupun dalam Al Qur’an dan As Sunnah terkait mengucapkan selamat natal, ini soal khilafiyah yang seharusnya MUI menyikapinya dengan lebih bijak” Ujarnya, Jum’at, (20/12).

Menurut Alumni Ponpes Salafiyah Syafiiyah Situbondo ini, mengucapkan selamat Natal hanyalah bagian dari etika bertetangga dengan non muslim. Rasulullah sendiri tambahnya, menyebut ada hak-hak tetangga yang mesti dihormati sehingga seorang Mu’min yang tak menghormati tetangganya disebut tidak memiliki kesempurnaan iman.

“Saya rasa MUI NTB berlebihan, ini bukan soal akidah. Apakah jika saya mengucapkan selamat natal kepada teman saya lalu otomatis saya mengakui ajaran kristen, kan tidak? Atau mereka mengucapkan Selamat Iedul Fitri lantas mereka menjadi islam kan juga tidak?.” Tegasnya.

Untuk itu, Ahmad Jumaili mengharapkan MUI NTB lebih berhati-hati mengeluarkan maklumat atau himbauan apapun yang berpotensi mengganggu kerukunan ummat beragama yang sudah terbangun harmonis di NTB.

“Saya lebih setuju MUI NTB fokus menggarap agenda-agenda produktif seperti membantu membangun pendidikan dan ekonomi ummat, ketimbang mengeluarkan fatwa-fatwa atau maklumat yang berpotensi memancing perdebatan yang tidak perlu di masyarakat” Pungkasnya.

Selengkapnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cek juga
Close
Back to top button