
“Kami telah menjelaskan hal ini sejak 25 tahun lalu dalam buku Jerusalem in the Quran. Pax Britannica dan Pax Americana hanyalah tahap awal menuju Pax Judaica. Sekarang, fase itu telah dimulai”. – Syekh Imran Hosein
Jember, Qolama.com | Pengkaji eskatologi Islam terkemuka asal Trinidad dan Tobago, Syekh Imran Hosein, menyatakan bahwa dunia saat ini tengah memasuki fase terakhir dari tatanan global yang ia sebut sebagai Pax Judaica. Hal itu ia sampaikan dalam sebuah ceramah terbuka yang digelar di Jambar, Jawa, pada 24 Dzulhijjah 1446 H.
Syekh Imran menyebut serangan terbuka Israel ke sejumlah fasilitas militer dan nuklir di Iran, termasuk pembunuhan tokoh-tokoh militer senior, sebagai bukti kuat bahwa Israel kini tidak lagi tunduk pada hukum internasional, dan tengah mempersiapkan diri sebagai kekuatan dominan dunia menggantikan Amerika Serikat.
“Kami telah menjelaskan hal ini sejak 25 tahun lalu dalam buku Jerusalem in the Quran. Pax Britannica dan Pax Americana hanyalah tahap awal menuju Pax Judaica. Sekarang, fase itu telah dimulai,” ujarnya di hadapan hadirin.
Bukan Sekadar Konflik Regional
Menurut Imran, serangan Israel terhadap Iran bukanlah konflik regional biasa, melainkan bagian dari skenario besar yang telah ia prediksi selama lebih dari dua dekade. Dalam pandangannya, Israel tengah menyiapkan panggung agar seseorang dapat berdiri di Yerusalem dan mengklaim diri sebagai Al-Masih (Mesias).
“Mereka yang tidak memahami apa yang sedang terjadi akan menerimanya sebagai Mesias. Tapi umat Islam dan sebagian umat Kristen yang setia kepada ajaran Nabi Isa akan mengenalinya sebagai Dajjal atau Antikristus,” tegasnya.
Ia menyesalkan bahwa isu besar ini, yang menyangkut relasi spiritual, geopolitik, dan tafsir Al-Qur’an, tidak pernah menjadi bagian dari kurikulum akademik di fakultas hubungan internasional atau ilmu politik.
Kritik terhadap Iran dan Seruan Pengembangan Kekuatan Penangkal
Dalam ceramahnya, Syekh Imran turut menyoroti respons Iran yang dianggapnya lemah terhadap agresi Israel. Ia mendesak Iran untuk mempertimbangkan ulang posisi syariatnya terkait larangan atas senjata nuklir.
“Al-Qur’an dalam Surah Al-Anfal ayat 60 secara jelas memerintahkan kita untuk membangun kekuatan yang dapat menjadi penangkal. Jika Iran punya senjata nuklir, Israel tidak akan menyerang dengan cara seperti sekarang,” katanya.
Meski mengakui nilai moral dari posisi Iran yang menolak senjata nuklir, ia berpendapat bahwa situasi global saat ini menuntut adanya revisi atas sikap tersebut.
“Kami memperkirakan opini publik di Iran pada akhirnya akan mendorong perubahan kebijakan. Iran perlu menarik diri dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir dan menjalin aliansi strategis dengan Rusia,” lanjutnya.
Menyinggung Peran India dan ‘Jihad Palsu’
Syekh Imran juga menyinggung ketegangan antara India dan Pakistan, serta kemungkinan adanya keterlibatan Mossad dalam memprovokasi konflik di wilayah Kashmir. Ia menyebut bahwa provokasi semacam itu bisa jadi merupakan strategi untuk mengalihkan perhatian dunia dari konflik Israel-Iran.
Selain itu, ia menyoroti bahwa kampanye militer terhadap Suriah, yang digerakkan oleh kelompok yang disebutnya sebagai “jihad palsu”, telah membuka jalan bagi Israel menguasai langit Suriah dan melancarkan serangan ke Iran.
“Inilah yang terjadi ketika ‘jihad’ disalahgunakan. Mereka menggulingkan Assad, dan Israel pun leluasa menghancurkan pertahanan udara Suriah,” katanya.
Seruan untuk Ulama dan Dunia Akademik
Di akhir ceramahnya, Syekh Imran menyampaikan kritik terhadap sebagian ulama yang menolak berdialog terbuka tentang tafsir Al-Qur’an dalam konteks sejarah dan geopolitik kontemporer. Ia menyebutkan bahwa dirinya bahkan pernah ditolak masuk ke sejumlah masjid di Malaysia karena pandangannya tersebut.
“Jika Al-Qur’an adalah kebenaran mutlak dan menjelaskan segala sesuatu, maka ia juga menjelaskan sejarah. Jangan tutup pintu untuk dialog. Jawablah dengan ilmu, bukan dengan pengusiran,” pungkasnya.
Ceramah ini menjadi bagian dari rangkaian kajian terbuka Imran Hosein di Indonesia, yang kerap menggabungkan pendekatan teologis dan geopolitik dalam memaknai dinamika dunia. []